PALANGKA RAYA
– Kepala
Badan Ketahanan Pangan dan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Kalteng Sutrisno,
saat ditemui di ruang kerjanya baru-baru ini mengatakan, dari tahun-ketahun kosumsi terigu cenderung
meningkat.
Hal ini dapat terlihat, antaralain bahwa semua orang
sampai ke daerah-daerah pasti mengenal yang namanya mie instan dan roti-rotian
yang semua bahan bakunya berasal dari terigu, “padahal, terigu ini kita impor
dan sangat besar jumlah impor itu,” ujarnya.
Sehingga dapat dibayangkan berapa besar angaran yang
harus dikeluarkan untuk impor terigu tersebut. Sehingga ini harus disubstitusi
dan pemerintah harus gencar mensosialisasikan dan juga mencari teknologi agar
bahan pangan lokal itu dapat diolah sedemikian rupa agar bentuknya menarik,
rasanya enak, dan gizinya tinggi.
“Harus gencar mensosialisasikan itu, agar masyarakat itu
tertarik, karena kalau kita melarang orang untuk makan mie, roti, dan trigu itu
akan susah. Sehingga yang perlu kita dorong adalah substitusi bahan baku,”
ujarnya.
Sehingga roti atau beberapa jenis makanan tersebut tidak
berasal dari terigu, melainkan berasal dari umbi-umbian atau bahan pangan lokal
lainnya. Sehingga ini yang perlu didorong dan pemerintah harus gencar
mensosialisasikannya kepada masyarakat, karena dampaknya dinilai sangat luar
biasa.
Sebab, kalau bahan pangan lokal tersebut bisa
dimanfaatkan dengan maksimal maka petani akan menggeliat, sehingga para
pemuda-pemuda akan kembali tertarik untuk berbudidaya atau mengembangkan
berbagai jenis pangan lokal “karena itu menguntungkan dan diperlukan,” ujarnya.
Sementara yang terjadi saat ini, saat petani mau mengembangkan
secara besar-besaran, namun pasar atau yang mau membeli hasil pertanian
tersebut belum jelas, sehingga petani tidak berani mengembangkan komoditi
tersebut dalam jumlah besar. Disisi lain, ada yang mau beli hasil pertanian
tersebut, namun barangnya tidak ada.
Menyikapi hal tersebut, sehingga peranan Pemerintah
dinilai sangat penting untuk memfasilitasi itu, serta mewujudkan kosumsi pangan
yang beragam, bergizi, berimbang, dan aman berbasis sumber daya lokal, ujarnya.
Sebelumnya Sutrisno mengatakan, untuk mewujudkan konsumsi masyarakat tersebut beragam, bergizi,
berimbang, dan aman, maka selain melakukan lomba cipta menu beragam, bergizi,
berimbang, dan aman, namun pihaknya juga mendorong pemanfaatan perkarangan
sebagai lumbung pangan.
Untuk itu, pihaknya mendorong pemanfaatan perkarangan
sebagai lumbung pangan, dan sebagai penyedia bahan pangan yang beragam, ujarnya.
Dengan berbagai kegiatan tersebut, diharapkan agar secara
bertahap masyarakat mau merubah kebiasaanya dan mau mengkonsumsi makanan tersebut
secara beragam, bergizi, berimbang, dan aman.
Namun kalau
berbicara untuk merubah selera maka itu tidak mudah, karena untuk merubah kebiasaan
atau fola konsumsi itu harus merubah pola pikir dan mindset masyarakat
tersebut.
Sehingga kegiatan lomba cipta menu beragam, bergizi,
berimbang, dan aman perlu terus dilakukan sebagai salah satu upaya untuk
mewujudkan hal tersebut, ujarnya.dkw