Terdapat
250 Desa lebih di Kalteng yang rawan banjir
PALANGKA RAYA – Memasuki musim
penghujan, terutama curah hujanya cukup ekstrim, maka minimal ada tiga jenis
bencana yang perlu diwaspadai, yaitu bencana banjir, tanah longsor, dan banjir
bandang.
Kepala
Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalteng Mugeni,
saat ditemui di ruang kerjanya baru-baru ini kepada Tabengan mengatakan, potensi terjadinya tanah longsor dan banjir
bandang di Kalteng memang tidak terlalu siknipikan “ada, namun relatif kecil,”
ujarnya.
Namun
bencana banjir ini yang harus diwaspadai, karena setiap tahun hampir selalu ada
terjadi. Bahkan berdasarkan data yang pihaknya miliki, bahwa di Kalteng ini
setidaknya ada sekitar 250 desa yang rawan banjir.
Sementara
daerah yang dinilai rawan terjadi banjir tersebut antaralain di daerah Kabupaten
Katingan, Kotawaringin Timur, Pulang Pisau, Kapuas, daerah Barito, dan Gunung
Mas. Namun dari beberapa daerah tersebut yang dinilai paling rawan dan hampir
setiap tahun terjadi banji yaitu Kabupaten Katingan, Pulang Pisau, Kapuas, dan
Buntok.
Diungkapkanya,
terjadinya beberapa jenis bencana tersebut merupakan akumulasi dari berbagai
faktor, antaralain terjadinya kerusakan lingkungan “sementara hujan itu dinilai
hanya sebagai pemicunya saja,” ungkapnya.
Karena,
kalau hujan tersebut turun dengan deras, sementara tidak ada yang menahanya
karena hutan yang ada sudah rusak, sehingga semuanya air hujan tersebut langsung
turun kesungai. Namun karena sungai, kali, dan danau tersebut tidak mampu
langgi menampungnya, sehingga meluap dan terjadilah banjir.
Sementara
langkah antisipasi yang dilakukan oleh pihaknya untuk menanggulangi terjadinya
beberapa bencana tersebut antaralain mempersiapkan personail, menyiapakan
pralatan, dan logistik sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Namun kalau
BPBD Provinsi dinilai tidak mampu, maka pihaknya akan meminta bantuan dari
BNPB.
Sementara
untuk tanah longsor, baru-baru ini terjadi tanah longsor yang memakan satu jalur
badan jalan di daerah Kabupaten Gunung Mas akibat tingginya curah hujan
akhir-akhir ini. “Kecil, namun sering terjadi (tanah longsor), di Lamandau juga
pernah terjadi, Gunung Mas cukup sering, Barito Selatan juga ada,” ujarnya.
Namun
kejadian tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa, namun di daerah-daerah
tersebut memang perlu waspada dan pihaknya juga sudah memprogramkan untuk
penyiringan dan sebagainya, hanya saja anggaranya masih belum keluar.
Sedangkan
untuk potensi banjir bandang di Kalteng ini juga ada, di daerah Kabupaten
Lamandau dan Gunung Mas juga pernah terjadi, sehingga pemukiman yang berada di
daerah lereng perbukitan agar berhati-hati terjadinya tanah longsor dan banjir
bandang.
“Didaerah-daerah
perbukitan itu bisa saja terjadi banjir bandang, meski kapasitas kecil,” ujar
Mugeni.
Bahkan
pada 18 November 2013 yang lalu terjadi bandang di daerah Barito Utara yang
meliputi 16 desa di 2 kecamatan, yaitu kecmatan Gunung Purei terdapat 8 desa
dan di Kecamatan Teweh timur terdapat 8 desa. Sementara daerah yang terdampak
banjir yaitu sekitar 454 rumah atau sekitar 500 an kepala keluarga (KK), dan 1.300
an jiwa.
Juga
mengakibatkan terjadi kerusakan ringan, sedang, dan Berat yang meliputi 3 buah
masjid, 2 buah surau, 4 balai basarah/tempat ibadah umat Kaharingan, 2 buah TK,
6 buah SD, 1 buah SMK, 2 buah Pustu, 2 buah Kantor desa, 2 alat elektronik dan
alat rumah tangga, sawah, ladang dan kebun.
Sehingga
Pemerintah Kabupaten atau BPBD setempat telah mlakukan langkah-langkah
koodinasi dan pendataan di lapangan. Bahkan tim reaksi cepat (TRC) BPBD Povinsi
Kalteng juga berangkat untuk mlakukan pendampingan terhadap BPBD Barito Utara.
Selain itu, BPBD Provinsi
Kalteng juga tengah mengirim bantuan logistik berupa Mie instan, gula pasir,
minyak goreng, kain sarung, selimut, kopi, dan teh, bahan sandang, kid ware,
family kid, pealatan dapur, matras, lauk pauk, kue kering, sarden dan yang
lainya, ujar Mugeni.dkw