Senin, 30 Desember 2013

Nilai Tukar Petani Kalteng Rendah


PALANGKA RAYA – Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang pada acara exspos capaian kinerja makro pembangunan Provinsi Kalteng 2013, di aula Eka Hapakat, komplek kantor Gubernur Kalteng, Senin (30/12) mengatakan, nilai tukar petani di Kalteng masih rendah, masih dibawah Nasional.
Karena pada 2005-2010, nilai tukar petani Kalteng sebesar 97,00 persen, sementara Nasional sebesar 102,17 persen. Pada 2010-2012 nilai tukar petani di Kalteng sebesar 101,08 persen, sementara Nasional sebesr 103,87 persen.
Sedangkan pada 2013, yaitu sampai posisi dengan November 2013, nilai tukar petani di Kalteng sebesar 97,94 persen, sementara Nasional sebesar 105,28 persen. “Kalau kita melihat angka-angka ini, maka nilai tukar petani kita masih rendah, masih dibawah Nasional,” ungkapnya.
Hal ini terjadi antaralain karena para generasi muda sangat sedikit yang ingin bertani dan lebih banyak ingin menjadi PNS, Pejabat, dan berbagai profesi lainnya, akibatnya nilai tukar petani rendah.
“Namun kita masih bersyukur bahwa garis kemiskinan di desa itu naik, namun pendapatan mereka juga naik. Berbeda dengan yang di kota, garis kemiskinanya naik namun pendapatannya menurun, sehingga penduduk miskinya bertambah, namun kalau di desa malah berkurang,” ujarnya.
Untuk itu ia mengajak masyarakat Kalteng untuk kembali ke desa dan mau untuk bertani, sehingga minimal dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak harus tergantung dengan orang lain.
Namun untuk mewujudkan itu memang tidak mudah, mengingat sekarang masyarakat cendrung konsumtif dan sedikit yang ingin menjadi petani, karena kebanyakan ingin menjadi PNS dan berbagai profesi lainnya meski peluangnya sangat kecil, ujar Teras.
Sementara Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Panusunan Siregar mengatakan hal yang serupa, sementara nilai tukar petani ini merupakan indikator yang menunjukan tingkat kesejahteraan petani “sehingga ini harus kita dongkrak untuk naik,” ujarnya.
Karena kalau angka nilai tukar petani tersebut masih di bawah 100 persen, maka ini menunjukan bahawa lebih besar pengeluarannya dari pada hasil pertaniannya. Untuk itu, maka petani yang ada harus lebih diberdayakan lagi agar produktivitas pertaniannya dapat meningkat.dkw