PALANGKA RAYA – Gubernur Kalteng
Agustin Teras Narang pada acara exspos capaian kinerja makro pembangunan
Provinsi Kalteng 2013, di aula Eka Hapakat, komplek kantor Gubernur Kalteng,
Senin (30/12) mengatakan, nilai tukar petani di Kalteng masih rendah, masih dibawah
Nasional.
Karena
pada 2005-2010, nilai tukar petani Kalteng sebesar 97,00 persen, sementara
Nasional sebesar 102,17 persen. Pada 2010-2012 nilai tukar petani di Kalteng
sebesar 101,08 persen, sementara Nasional sebesr 103,87 persen.
Sedangkan
pada 2013, yaitu sampai posisi dengan November 2013, nilai tukar petani di
Kalteng sebesar 97,94 persen, sementara Nasional sebesar 105,28 persen. “Kalau
kita melihat angka-angka ini, maka nilai tukar petani kita masih rendah, masih
dibawah Nasional,” ungkapnya.
Hal
ini terjadi antaralain karena para generasi muda sangat sedikit yang ingin
bertani dan lebih banyak ingin menjadi PNS, Pejabat, dan berbagai profesi lainnya,
akibatnya nilai tukar petani rendah.
“Namun
kita masih bersyukur bahwa garis kemiskinan di desa itu naik, namun pendapatan
mereka juga naik. Berbeda dengan yang di kota, garis kemiskinanya naik namun
pendapatannya menurun, sehingga penduduk miskinya bertambah, namun kalau di
desa malah berkurang,” ujarnya.
Untuk
itu ia mengajak masyarakat Kalteng untuk kembali ke desa dan mau untuk bertani,
sehingga minimal dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak harus tergantung
dengan orang lain.
Namun
untuk mewujudkan itu memang tidak mudah, mengingat sekarang masyarakat cendrung
konsumtif dan sedikit yang ingin menjadi petani, karena kebanyakan ingin
menjadi PNS dan berbagai profesi lainnya meski peluangnya sangat kecil, ujar
Teras.
Sementara
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Panusunan Siregar mengatakan hal
yang serupa, sementara nilai tukar petani ini merupakan indikator yang
menunjukan tingkat kesejahteraan petani “sehingga ini harus kita dongkrak untuk
naik,” ujarnya.
Karena
kalau angka nilai tukar petani tersebut masih di bawah 100 persen, maka ini
menunjukan bahawa lebih besar pengeluarannya dari pada hasil pertaniannya.
Untuk itu, maka petani yang ada harus lebih diberdayakan lagi agar produktivitas
pertaniannya dapat meningkat.dkw