PALANGKA RAYA – Akibat tertabrak
tongkang yang mengangkut biji besi pada Sabtu 21 Desember 2013 yang lalu,
jembatan Sei Mentaya yang terletak di Desa Bajarum, Kecamatan Kota Besi,
Kabupaten Kotawaringin Timur dalam keadaan keritis, sehingga Kementerian PU
menurunkan tim.
Kepala
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalteng Leonard S Ampung saat ditemui di
ruanganya, Senin (23/12) kepada sejumlah wartawan mengatakan, jemabatan Bajarum
keritis dan berbahaya “kondisinya sangat keritis, tersenggol sedikit bisa
ambruk,” tegasnya.
Karena,
akibat tabrakan tersebut, sehingga pier jembatan atau beton pada tiang jembatan
tersebut retak, sehingga kalau ada beban, benturan atau goyangan diatas sedikit
saja, keretakannya bisa bertambah lebar dan dua tiang pilar itu bisa jatuh.
Bahkan berdasarkan hasil pengecekan
bersama Tim Provinsi dan Tim Kabupaten Kotawaringin Timur baru-baru ini dengan
hasil, bangunan atas pada pier 1 sisi kanan (Palangka Raya-Sampit) terjadi
pergeseran perletakan rangka baja bentang 60 sekitar 8 cm dan kondisi angkur
bengkok.
Selainitu, pier 2 (bagian yang
tertabrak) peletakan rangka baja bentang 100 sisi kiri bergeser 10 cm, terjadi
retakan dan pecahnya back wall yang
terhimpit kedua rangka akibat tumbukan dibagian bawah dan pada bagian bawah
pilecab pier 2 terjadi kerusakan singnifikan berupa retaknya beton dan terlihat
sebagian baja tulangan pada 16 buah tiang pancangan penopang pilecab.
Serta sambungan lantai jembatan pier 2
bentang 60 cm dan betang 100 sisi kanan terhimpit dan terjadi retakan beton
lantai, pada sisi kiri terjadi rengan 12cm.
Lanjut Leonard, mengingat itu
merupakan jalan Nasional, maka itu menjadi kewenangan dari Kementerian PU dan hari
ini (kemaren) sekitar enam orang dari Kementrian PU dan Subdit Jembatan Direktorat
Binamarga turun kelapangan untuk meninjau kondisi jembatan tersebut sacara
langsung dan dari situ baru akan diketahui untuk penanganan teknisnya.
Kendati
demikian, dari Dinas PU Provinsi tetam mengkomunikasikan dan
mengkoordinasikannya sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan. Mengingat kalau
menunggu dari Pusat dan tidak ditangani maka akan berbahaya, ujarnya.
Sehingga
saat ini berkerjasama dengan pihak Kepolisian dan instansi terkait lainya maka jembatan
tersebut ditutup total, sehingga baik diatas maupun dibawah jembatan tersebut tidak
boleh dilewati. Ini dilakukan untuk menjaga keamanan jembatan maupun masyarakat
yang ada disekitarnya.
Atas
penutupan jembatan tersebut pihaknya juga sudah menyiapkan opsi antaralain yaitu
menyiapkan ferry penyebrangan untuk orang dan sepedamotor, sementara untuk
mobil akan menggunakan LCT dan saat ini sedang disiapkan dermaganya.
Selan
itu, pihaknya juga sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan
memasang baliho, untuk itu masyarakat diharap memakluminya dan mengantisipasi
rute perjalanan mereka.
Lanjut
Leonard, jembatan ini sangat pital, sehingga dengan kerusakan sepeti itu membawa
efek sangat besar, baik terhadap perekonomian, transportasi, aktiptas
masyarakat, pendidikan, kesehatan, keamanan dan yang lainnya. Sehingga perlu
kesadaran dari semua pihak baik dari masyarakat, pemangku kepentingan, maupun dunia
usaha untuk bersama-sama menjaga infrastruktur yang ada ini, ujarnya.
Untuk diketahui, jembatan
Sei Mentaya tersebut dibangun pada 1989-1991 dengan biaya sebesar
Rp8.362.990.000, panjang bentang 380 meter (50+60+100+60+60+50), bentang
terpanjang 100 meter, lebar 7 meter, tipe bangunan atas mengguanakan rangka
baja Australia kelas B, dan tipe bangunan bawah menggunakan tiang pancang pipa
baja.dkw