Sabtu, 16 April 2011

Petani Keluhkan Kenaikan Harga Bibit

12-04-2011 00:00
Harian Umum Tabengan,
PALANGKA RAYA
Petani di Palangka Raya mengeluhkan naiknya harga kebutuhan pertanian berupa pupuk, bibit, dan obat-obatan pertanian. Distanak Kalteng memastikan stok pupuk aman dan siap disalurkan sesuai rencana definitif kebutuhan kelompok kabupaten/kota.
Petani di Jalan Mahir Mahar, Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya mengeluhkan naiknya harga pupuk, bibit, dan obat-obatan pertanian. Padahal, harga hasil panen kebun tetap bertahan dan cenderung menurun.
Warni Sunandar, Sandi, dan Sarjan, petani yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) Sumber Rejeki di Jalan Mahir Mahar ujung ketika dibincangi Tabengan, pekan kemarin, mengatakan cuaca tidak menentu, naiknya harga bibit, pupuk, dan obat-obatan sangat berpengaruh terhadap penghasilan mereka.
Harga bibit timun semula Rp25 ribu per bungkus isi 800 biji, menjadi Rp40 ribu. Demikian pula dengan bibit jagung yang semula Rp45 ribu menjadi Rp55 ribu dan bibit kacang panjang dari Rp60 ribu naik menjadi Rp80 ribu per bungkus.
Tidak hanya itu, harga pupuk bersubsidi pun ikut naik. Semula Rp62 ribu per karung isi 50kg, menjadi Rp87 ribu. “Kenaikan harga kebutuhan petani ini sudah berlangsung sekitar satu tahun terakhir ini,” tutur Warni.
Dia merinci hasil kebun seperti timun dihargai Rp1.500-Rp2.500 per kg, kacang panjang hanya Rp3 ribu per ikat, dan jagung Rp5 ribu-Rp10 ribu per ikatnya. Sebelumnya, harga sayur-mayur itu bisa mencapai dua kali lipat dari harga sekarang. Kenaikan harga barang dan harga jual hasil kebun ini dinilai mereka tidak sebanding dengan biaya perawatan tanam.
Kondisi ini diperparah dengan cuaca tidak menentu, sehingga memengaruhi kualitas, panen tidak maksimal, dan harga turun. “Kalau musim penghujan, boro-boro hasilnya bagus, untuk mupuk saja susah. Meski dipupuk dan disemprot, percuma saja, karena akan larut dan terbuang sia-sia terbawa arus air hujan,” tutur Warni.
Tarmad, Ketua Poktan Harapan Jaya di Desa Kalampangan, Kecamatan Sabangau, Kota Palangka Raya justru menuturkan sebaliknya. Pupuk subsidi masih lancar dan mudah didapatkan, karena cukup tersedia di kios tempat penjualan resmi di Kalampangan. Misalnya pupuk bersubsidi urea Rp1.200 per kg. Sedangkan pupuk NPK jenis Mutiara tidak bersubsidi Rp9 ribu per kg.
Sedangkan Jarkasih, Ketua Poktan Sumber Makmur di desa itu mengeluhkan tidak adanya subsidi bibit dan obat-obatan. Bahkan bibit untuk cabai Dewata saat ini sudah tidak dijual lagi. Kalaupun ada, harga naik signifikan. Misalnya bibit jagung Bonanza semula dijual Rp60 ribu sampai Rp65 ribu ukuran seperempat kg, menjadi Rp100 ribu-Rp125 ribu.
Selain itu, petani di Kalampangan juga menghadapi praktik tengkulak. Mereka datang membawa hasil panen petani dan baru dibayar setelah terjual di pasar. ”Kami tidak tahu berapa mereka jual hasil panen ke pasar,” katanya. Untuk itu, petani mengusulkan kepada pemerintah agar membuat koperasi tani sehingga terlindungi dari aksi para tengkulak. Namun, usulan ini belum ditanggapi pemerintah.
Sementara Karyawan Toko Budi Berkah di Jalan Jawa, Palangka Raya Adi mengatakan, harga pupuk bersubsidi tidak mengalami kenaikan. Pupuk urea hanya Rp1.535 per kg, sedangkan yang tidak bersubsidi mencapai Rp5 ribu per kg, Persipos Rp2.500 per kg, NPK Mutiara Rp8 ribu per kg, dan KCL Rp2.500 per kg.
Dari beberapa jenis pupuk tersebut, hanya jenis NPK Mutiara yang mengalami kenaikan. Sementara untuk jenis bibit hanya bibit jagung manis yang mengalami kenaikan dari Rp95 ribu menjadi Rp100 ribu per bungkus berisikan 2,50gr.
Naiknya harga tersebut, ujar Adi, dipengaruhi mahalnya biaya pengangkutan dari Banjarmasin, Kalsel menuju Palangka Raya. Ini disebabkan truk pengangkut tidak berani membawa barang dalam kondisi penuh, karena rawan oleng dan terbalik ketika melintas beberapa titik pada ruas jalan yang rusak.
 
Stok Pupuk Aman
Kepala Dinas Petanian dan Peternakan (Distanak) Kalteng Tute Lelo, pekan kemarin,  memastikan stok pupuk di wilayah itu tidak ada masalah dan aman. Meski demikian, Tute tidak mengetahui persis jumlah stok pupuk maupun yang sudah disalurkan ke kabupaten/kota. Karena, jumlah tersebut baru diketahui setelah dilakukan evaluasi pada akhir tahun.
Penyaluran pupuk ke kabupaten/kota di Kalteng, ujar Tute, tergantung usulan dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) kabupaten/kota masing-masing. Menanggapi keluhan petani bahwa harga pupuk bersubsidi dan bibit naik, Tute menuturkan, harga pupuk bersubsidi tidak naik, kalaupun naik, tidak signifikan dan itu tergantung dari RDKK-nya agar bisa dikeluarkan dari gudang.dkw/liu