Selasa, 05 April 2011

Mengkaryakan Para Penyandang Cacat

16-02-2011 00:00
Harian Umum Tabengan,   Di Kalteng, terdapat sekitar 10 ribu lebih warga penyandang cacat. Guna mengkaryakan mereka, Dinas Sosial Provinsi melakukan berbagai cara. Sayangnya, upaya-upaya bantuan dan pembinaan itu terkendala minimnya dana.

Musibah itu terjadi beberapa tahun lalu. Efecus, seorang remaja warga Kota Palangka Raya tak menyangka, acara mancingnya akan membawa petaka. Sebuah batu besar jatuh tak jauh dari lokasinya memancing. Salah satu kakinya telak tertimpa.
Dari lokasi kejadian, pria itupun dievakuasi ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan. Meski nyawanya masih bisa diselamatkan, namun salah satu kakinya harus direlakan. Amputasi, menjadi satu-satunya pilihan.
Sejak peristiwa nahas itu, keberadaan tongkat penyanggah badan menjadi benda yang selalu setia menemani kemanapun Efecus pergi.
Setelah berjuang dengan keputusasaan, nasib baik akhirnya menghampiri Efectus. Dinas Sosial Provinsi Kalteng mengirimnya untuk mengikuti pelatihan bagi penyandang cacat di Cibinong, beberapa waktu lalu. Mental dan skill-nya pun diasah selama mengikuti pelatihan itu. Terutama, menyangkut pengetahuan tentang teknologi komputer.
Efecus akhirnya mampu menyelesaikan program itu dan pulang ke Palangka Raya dengan keterampilan khusus, desain grafis. Kini, ia telah bekerja di salah satu perusahaan media massa di Kota Cantik.
Kepada Tabengan, Efecus mengaku menemukan kembali rasa percaya dirinya yang sempat hilang, karena kecacatan fisik setelah mengikuti pelatihan di Cibinong dulu. Diterangkannya, selama sembilan bulan di sana, selain melatih kemampuan pada bidang-bidang tertentu, mereka juga diberikan pelatihan Achievement Motivation Training (AMT). Program itu merupakan cara untuk memotivasi para penyandang cacat untuk mengembalikan rasa kepercayaan diri.
Bahkan Efecus menilai, pelatihan keterampilan sejatinya menjadi nomor dua di sana. Sedangkan yang utama adalah mengembalikan rasa kepercayaan dirinya. Alhasil, setelah pelatihan, rasa kepercayaan dirinya menjadi lebih kuat, meski kadang juga tetap merasa minder saat terjun ke dunia kerja.
Setelah Efecus, Kamis (10/2) lalu, pihak Dinas Sosial Provinsi Kalteng, kembali memberangkatkan empat orang penyandang cacat ke Cibinong untuk mengikuti program pelatihan yang sama.
Mereka yang dikirim berasal dari Kabupaten Kotim dan Kapuas. Keempatnya direncanakan untuk mengikuti pelatihan komputer dan otomotif selama sembilan bulan, ditambah dua bulan magang.
Untuk mengikuti pelatihan tersebut, empat orang penyandang cacat itu harus melalui beberapa tahapan seleksi. Di antaranya, seleksi minat, kemampuan, fisik, dan kesehatan.
Seleksi tersebut dilakukan dengan harapan agar pelatihan yang diberikan tidak sia-sia. Pasalnya, banyak penyandang cacat yang telah dilatih sungguh-sungguh, namun yang bersangkutan justru tidak punya keinginan untuk bangkit.
Kabid Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kalteng Master Sinaga, mengatakan, tujuan pemberangkatan ini untuk meningkatkan kemampuan para penyandang cacat, terutama yang masih produktif dan mempunyai keinginan bekerja.
Kepada Tabengan, Sinaga menjelaskan, berdasarkan data yang dimiliki Dinas Sosial, pada 2005-2006 terdapat sekitar 10 ribu penyandang cacat yang ada di Kalteng. Sedangkan data penyandang cacat pada 2011 masih menunggu hasil  pendataan dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Ia juga menuturkan, pihaknya mengalami kesulitan untuk menghimpun data penyandang cacat secara keseluruhan, mengingat sebelumnya pedataan tersebut dilakukan oleh masing-masing Kabupaten/Kota. Sementara, hingga ‘serah terima’ tugas, laporannya masih belum ada.
Pihak Dinas Sosial Provinsi, lanjut Sinaga, hingga kini masih mengacu data sekitar lima tahun yang lalu, sehingga kemungkinan peningkatan jumlah penyandang cacat kemungkinan ada. Apalagi BPS dalam melakukan pendataan langsung ke rumah-rumah.
Penyandang cacat yang ada terdiri atas beberapa golongan cacat. Yakni, cacat tubuh, tunanetra, tunarungu, dan berat karena menderita dua jenis kecacatan atau lebih.
Untuk menangulangi dan memberdayakan penyandang cacat di Kalteng, pihaknya menjalankan beberapa program yaitu pendeteksian dini, pemberian bantuan pengembangan ekonomi produktif, dan pemberian pembinaan dan pelatihan. Selain itu, Dinas Sosial juga memberikan bantuan jaminan hidup, khusnya bagi penyandang cacat eks kusta.
Namun, tambahnya, bantuan pengembangan ekonomi produktif dalam dua tahun terakhir ini tidak dapat diberikan. Hal ini kerena keterbatasan anggaran dana.
Meski demikian, pihaknya tetap ada memberikan bantuan bagi penyandang cacat yang dinilai masih bisa untuk berusaha dan mengembangkan usahanya di bidang-bidang tertentu.
Dengan dilakukannya hal tersebut, pihaknya berharap agar para penyandang cacat ini mampu berusaha dan meningkatkan perekonomian dan penghidupannya sendiri.
Sinaga menuturkan, pada 2011, untuk anggaran khusus bagi penyandang cacat memang cukup minim. Bahkan, dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) bisa dibilang tidak ada. Sementara, dari angaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kalteng sebesar Rp37 juta untuk 20 orang, sehingga masing-masing orang akan mendapatkan Rp1.850.000.
Dana ini kan diserahkan secara langsung kepada yang bersangkutan pada perayaan Hari Penyandang Cacat Nasional yang akan dilaksanakan setiap bulan Desember.
Sementara bantuan jaminan sosial bagi penyandang cacat berat hanya diberikan kepada 30 orang saja. Ke-30 orang tersebut berada di Kobar 14 orang, Barut enam orang, Sukamara lima orang, dan Seruyan lima orang.
Bantuan tersebut diberikan setiap bulan melalui Kantor Pos sebesar Rp300 ribu per bulan. Jumlah penerima bantuan penyandang cacat berat di Kalteng dinilai masih sedikit, sehingga pihaknya berkomunikasi dengan Pemerintah Pusat agar Kalteng mendapatkan kuota sekitar 300 orang, namun hal tersebut tidak tembus, mengingat kuota Nasional saja cukup minim yaitu sekitar 16.000 saja. debi kriswanto