Senin, 16 Januari 2012

Terus Kembangkan Energi Terbarukan

18-11-2011 00:00
Harian Umum Tabengan,  
PALANGKA RAYA
Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kalteng terus menggiatkan energi baru terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga angin, feasibility study (FS), Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Kepala Distamben Kalteng Yulian Taruna saat dihubungi Tabengan, Kamis (17/11), mengatakan, untuk energi terbarukan saat ini terus digiatkan, antara lain energi angin yang pilot project-nya sedang dibangun di daerah Sei Baru, Kabupaten Sukamara.
Selain itu, juga sedang menggiatkan feasibility study (FS) di Kabupaten Seruyan, PLTMH yang di-FS-kan di Lamandau, kemudian mengembangkan PLTS di 2 desa, dan bantuan dari Finlandia untuk biogas dan biomass.
Sebelumnya, Yulian mengatakan, rasio elektrisitas atau pemenuhan kebutuhan listrik di Kalteng dinilai masih rendah, sehingga pihaknya akan bekerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan memprioritaskan penggunaan energi baru dan terbarukan.
Untuk mewujudkannya, kata Yulian, bisa dilakukan saat ini dengan memanfaatkan potensi energi baru dan  terbarukan (EBTKE) seperti angin, air, biomasa, biogas. “Ini yang akan kita galakkan pada 2011-2015 mendatang,” tegasnya.
Pada 2011 ini, dari anggaran pendapatan dan belanja derah (APBD), menganggarkan untuk 300 unit PLTS yang akan diprogramkan di 2 kabupaten, Barito Selatan dan Gunung Mas, masing-masing di 1 desa yang mendapatkan Program Mamangun tuntang Mahaga Lewu (PM2L).
Sementara anggaran dari Pemerintah Pusat, dalam hal ini Direktorat Jenderal Energi Baru dan Terbarukan, belum bisa dipastikan, karena sedang digodok. Namun ke depan, pelaksanaannya akan dilakukan secara terpusat, agar lebih mudah perawatannya.
Mengingat kalau penyalurannya dilakukan secara tersebar, maka dalam perawatannya agak susah. Sementara masyarakat dinilai belum terlalu maksimal melakukan perawatan, sehingga alat rentan mengalami kerusakan.
Pembangunan PLTS di Kalteng sampai 2010 mencapai sekitar 17.000 unit yang tersebar di 13 kabupaten dan 1 kota dengan kekuatan hanya sekitar 50w.  Mengingat harganya masih cukup mahal, sehingga penyebarannya diprioritaskan di daerah-daerah hulu yang belum terjangkau PLN, serta tidak ada potensi angin dan mikrohidro.
Selain PLTS, pihaknya juga akan membuat pilot project pembangkit listrik tenaga angin di desa PM2L di Kabupaten Sukamara, mengingat daerah itu merupakan daerah pantai, sehingga anginnya cukup kencang.
Apabila pilot project pembangkit listrik tenaga angin yang memiliki kapasitas 5-10 KW tersebut dapat berhasil, maka hal itu sangat menjanjikan, karena di Kalteng terdapat 7 kabupaten yang memiliki daerah pantai.
Untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga angin dianggarkan sebesar Rp1 miliar. Mengingat pilot project pembangkit listrik jenis ini tergolong baru, sehingga perlu pengkajian-pengkajian.
Lebih lanjut Yulian mengatakan, berdasarkan kajian pihaknya di daerah Sukamara, kecepatan angin mencapai 3-5 meter per detik, meski pengukurannya baru dilakukan seminggu, seharusnya minimal mencapai 6 bulanan.
Sementara untuk di daerah perbukitan atau daerah tinggi, seperti Kabupaten Murung Raya dan Lamandau akan menggunakan mikrohidro atau pembangkit listrik skala kecil tenaga air.
Yulian menilai, permasalahan utama terjadinya kekurangan energi saat ini akibat antara jumlah persediaan energi yang ada dan permintaan masyarakat tidak seimbang, sehingga perlu mendapat perhatian.
“Menurut analisis saya, kalau barangnya ada tidak ada masalah. Ini persoalannya barangnya yang kurang. Barangnya kurang ini kenapa, hingga kini perlu dicari solusinya,” tegasnya.
Dengan kondisi yang terjadi saat ini, Yulian menyarankan sejumlah langkah atau upaya yang bisa memberikan solusi, agar antara permintaan dari masyarakat dan persediaan energi selalu dalam keadaan stabil. dkw