PALANGKA
RAYA – Dalam
rangka mempromosikan budaya Dayak dan potensi daerah, serta sebagai upaya
melestarikan nilai filosofis dan nilai historis Betang atau rumah khas Dayak kepada masyarakat internasional, maka pada 2013
ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng akan membangun Betang di Belgia.
Kepala Biro Humas dan Protokol Sekdaprov
Kalteng Benius, dalam siaran persnya, Kamis
(20/6) mengatakan, Pemprov
Kalteng
melalui surat
keputusan (SK) Gubernur
Kalteng
Nomor :
188.44/270/2013 telah membentuk tim pelaksana pembangunan Betang di Belgia
2013.
Diungkapkannya, pembangunan Betang di Belgia tersebut dalam rangka untuk mempromosikan budaya Dayak
dan potensi daerah,
serta sebagai upaya melestarikan nilai filosofis dan nilai historis Betang kepada
masyarakat internasional. Juga
sekaligus sebagai respon terhadap niat baik seorang warga negara Belgia Erick
Dumb yang berkeinginan membangun Betang di lokasi wisata miliknya di Belgia.
Lanjutnya, tim pembangunan Betang di Belgia tersebut dikoordinir oleh Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi Kalteng Guntur
Taladjan, dan saat ini sudah
melakukan berbagai upaya yang berkaitan dengan penyiapan bahan baku, perijinan
dan disain bangunan Betang dengan melibatkan Dinas PU, Dinas Kehutanan, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan,
serta pemerhati budaya Dayak.
Pembangunan betang di Belgia itu
dijadwalkan rencananya rampung dan diresmikan oleh Gubernur Kalteng pada 2014 mendatang,
ujarnya.
Namun, yang perlu dicermati disini adalah
bukan sekadar membangun betang semata, melainkan ketertarikkan dan kepedulian
seorang warga negara asing untuk turutserta melestarikan bangunan betang secara
fisik dengan biaya sendiri dan disisi lain juga berdampak positif terhadap
upaya pelestarian nilai filosofis maupun nilai hishoris yang melekat pada Betang
itu sendiri.
Nilai filosofis yang tersirat dalam Betang
adalah suatu kearifan lokal dalam membangun daerah dan masyarakat yang selalu
memperhatikan toleransi. Toleransi itu mencerminkan sikap saling menghargai dan
menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
Toleransi masyarakat Dayak dalam
budaya betang juga tercermin dalam pengakuan dan penerimaan terhadap perbedaan
kepercayaan pada suatu keluarga (antara anak dengan orang tua, kakak, dan adik atau terhadap
mereka yang berada disekitarnya) bahkan dalam upacara ritual keagamaan yang
berbeda sekalipun bukan menjadi halangan bagi masyarakat Dayak melalui budaya Betang
berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik dalam suasana yang rukun dan damai atau ruhui
rahayu.
Begitu pula dengan nilai historis pada
bangunan Betang antara lain menyiratkan makna sebagai tempat tinggal dan
berlindung dari gangguan keamanan, yang dalam pembangunannya sudah pasti
dilakukan secara gotong royong sebagai perwujudan budaya leluhur Suku Dayak pada berbagai hal
termasuk dalam mendirikan bangunan betang.
Lanjutnya, pembangunan Betang di Belgia tersebut, seharusnya mampu menjadi
pemicu dan pemacu semangat seluruh komponen masyarakat termasuk pemerintah
daerah kabupaten/kota
untuk menjaga dan memelihara Betang yang ada dan tersebar diseluruh wilayah Kalteng termasuk di lokasi Pameran
Temanggung Tilung Palangka Raya, ujarnya.dkw