Sabtu, 22 Juni 2013

Pemprov Kalteng akan Bangun Betang di Belgia

PALANGKA RAYADalam rangka mempromosikan budaya Dayak dan potensi daerah, serta sebagai upaya melestarikan nilai filosofis dan nilai historis Betang atau rumah khas Dayak kepada masyarakat internasional, maka pada 2013 ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng akan membangun Betang di Belgia.
Kepala Biro Humas dan Protokol Sekdaprov Kalteng Benius, dalam siaran persnya, Kamis (20/6) mengatakan, Pemprov Kalteng melalui surat keputusan (SK) Gubernur Kalteng Nomor : 188.44/270/2013 telah membentuk tim pelaksana pembangunan Betang di Belgia 2013.
Diungkapkannya, pembangunan Betang di Belgia tersebut dalam rangka untuk mempromosikan budaya Dayak dan potensi daerah, serta sebagai upaya melestarikan nilai filosofis dan nilai historis Betang kepada masyarakat internasional. Juga sekaligus sebagai respon terhadap niat baik seorang warga negara Belgia Erick Dumb yang berkeinginan membangun Betang di lokasi wisata miliknya di Belgia.
Lanjutnya, tim pembangunan Betang di Belgia tersebut dikoordinir oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalteng Guntur Taladjan, dan saat ini sudah melakukan berbagai upaya yang berkaitan dengan penyiapan bahan baku, perijinan dan disain bangunan Betang dengan melibatkan Dinas PU, Dinas Kehutanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta pemerhati budaya Dayak. 
Pembangunan betang di Belgia itu dijadwalkan rencananya rampung dan diresmikan oleh Gubernur Kalteng pada 2014 mendatang, ujarnya.
Namun, yang perlu dicermati disini adalah bukan sekadar membangun betang semata, melainkan ketertarikkan dan kepedulian seorang warga negara asing untuk turutserta melestarikan bangunan betang secara fisik dengan biaya sendiri dan disisi lain juga berdampak positif terhadap upaya pelestarian nilai filosofis maupun nilai hishoris yang melekat pada Betang itu sendiri.
Nilai filosofis yang tersirat dalam Betang adalah suatu kearifan lokal dalam membangun daerah dan masyarakat yang selalu memperhatikan toleransi. Toleransi itu mencerminkan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
Toleransi masyarakat Dayak dalam budaya betang juga tercermin dalam pengakuan dan penerimaan terhadap perbedaan kepercayaan pada suatu keluarga (antara anak dengan orang tua, kakak, dan adik atau terhadap mereka yang berada disekitarnya) bahkan dalam upacara ritual keagamaan yang berbeda sekalipun bukan menjadi halangan bagi masyarakat Dayak melalui budaya Betang berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik dalam suasana yang rukun dan damai atau ruhui rahayu.
Begitu pula dengan nilai historis pada bangunan Betang antara lain menyiratkan makna sebagai tempat tinggal dan berlindung dari gangguan keamanan, yang dalam pembangunannya sudah pasti dilakukan secara gotong royong sebagai perwujudan  budaya leluhur Suku Dayak pada berbagai hal termasuk dalam mendirikan bangunan betang.
Lanjutnya, pembangunan Betang di Belgia tersebut, seharusnya mampu menjadi pemicu dan pemacu semangat seluruh komponen masyarakat termasuk pemerintah daerah kabupaten/kota untuk menjaga dan memelihara Betang yang ada dan tersebar diseluruh wilayah Kalteng termasuk di lokasi Pameran Temanggung Tilung Palangka Raya, ujarnya.dkw