Rencana
Pemprov Kalteng mengembangkan komoditi bawang di Kota Palangka Raya disambut
baik Menko Kesra Agung Laksono. Inovasi itu diyakini akan mampu mengurangi
impor bawang, terlebih dilakukan secara massal.
PALANGKA
RAYA – Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) HR Agung Laksono
menyambut baik rencana Pemprov Kalteng untuk mengembangkan komoditi bawang
merah dan bawang putih. Terlebih, di tengah melonjaknya harga bawang merah dan
bawang putih beberapa hari terakhir ini yang disebabkan berkurangnya jumlah
produksi dalam negeri.
Dukungan
tersebut disampaikan Agung Laksono di sela-sela kunjungan kerja di SMK 2
Palangka Raya, Jumat (15/3). Tahun ini, Distanak Provinsi Kalteng memprogramkan
pengembangan tanaman bawang. Pengembangan tersebut rencananya akan dilakukan di
lahan seluas 35 hektare. Untuk tahap pertama dilakukan di Kota Palangka Raya.
Menurut
Agung Laksono, inovasi yang dilakukan Pemprov Kalteng sangat baik, terlebih
apabila dikerjakan secara massal. Jika itu mampu diproduksi secara masal,
kata dia, akan sangat banyak membantu tidak saja untuk kebutuhan dari Jawa,
tetapi dari daerah Kalimantan sendiri bisa memberikan kepada provinsi-provinsi
yang lain.
Karena itu,
ia berharap agar inovasi seperti itu bisa dilaporkan kepada Kementerian
Pertanian untuk ditindaklanjuti. Sementara saat disinggung mengenai tingginya
harga bawang saat ini, ia berharap agar Kementerian Perdagangan maupun
Kementerian Pertanian bisa duduk bersama dengan pemerintah daerah. Hal ini
dimaksudkan untuk mencari langkah konkret dalam mengisi kekosongan pasokan
bawang di pasaran.
Dalam jangka
panjang, tegas Agung Laksono, kebutuhan bawang harus diproduksi di dalam
negeri. Terlebih potensi bawang putih dan bawang merah maupun kesuburan tanah
dan teknologinya dimungkinkan untuk dilakukan di dalam negeri. “Kalau
memang dari dalam negeri bisa ditingkatkan kemampuan untuk produktivitasnya,
maka bisa mensubstitusi kebutuhan bawang yang selama ini diimpor,” ujarnya.
Sementara
terkait dengan instruksi Presiden agar menteri terkait dapat duduk bersama
untuk mengatasi persoalan tingginya harga bawang, ia menilai tidak ada
salahnya. Terpenting, kebutuhan rakyat terpenuhi dahulu, jangan sampai harga
dibiarkan terus melonjak.
“Selain itu,
kebijakan impor itu dilakukan supaya bisa meredam harga, sisanya kita isi di
pasar dengan hasil produksi dalam negeri, sedangkan kalau tetap tidak mampu
memenuhi maka kita impor dulu,” terangnya. Karena itu, impor bawang hanya
dilakukan dalam jangka pendek.dkw