PALANGKA RAYA – Dalam membangun
kebun, perusahaan perkebunan di daerah ini diharapkan agar memperhatikan
lingkungan yang ada di sekitarnya, baik lingkungan hidup mapun masyarakat di
sekitarnya. Karena yang diharapkan, perusahaan dapat oprasional, lingkungan
tetap terjada, dan masyarakat sejahtera.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi
Kalteng Rawing Rambang dalam sambutannya pada workshop
sebaran lahan gambut di Provinsi Kalteng dan strategi pengelolaanya, di hotel
Aquarius, Kamis (24/4) mengatakan, perusahaan diharapkan dapat memperhatikan
masyarakat dan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Hal ini dinilai penting, agar pihak
perusahaan dapat berkerja dengan nyaman, lingkungan tetap terjaga, dan
masyarakat merasa diberdayakan. “Ini penting, karena membangun kebun ini tidak
hanya dalam waktu setahun atau dua tahun saja,” tegasnya.
Sehingga dalam memberikan perizin dan
memperhatikan Perda Kalteng No 5/2011 tentang pengelolaan usaha perkebunan
berkelanjutan, maka izin tersebut diarahkan pada lahan yang marjinal dan
terdegradasi. Selain itu, perusahaan juga harus memperhatikan lingkungan, membangun
kebun plasma 20 persen untuk masyarakat, memperhatikan hak-hak adat, dan
konservasi.
Kalau memperhatikan beberapa hal tersebut, ujar
Rawing, maka orang perkebunan tidak mungkin membabat hutan, memanfaatkan kayu,
dan membangun kebun di lahan gambut yang dalam. Karena, selain mereka tidak memiliki
dasar ilmu untuk itu, namun untuk menggarapnya juga memerlukan biaya yang
mahal.
Kendati
demikian, dia tetap mengajak pihak perusahaan agar dapat membangun kebunnya
dengan baik dan memenuhi ketentuan yang ada, “mari kita membangun kebun tidak
hanya untuk hari ini, namun untuk hari depan,” tegasnya.
Untuk itu, Pemerintah Kalteng dalam hal ini Dinas
Perkebunan Provini Kalteng sangat menyambut baik kegiatan ini, dan pihaknya
juga sudah banyak membangun kerja sama dengan berbagai pihak. Karena, untuk membangun
perkebun itu tidak bisa dilakukan sendiri saja, maka perlu adanya kerja sama,
ungkapnya.
Sehingga dengan workshop yang dilaksanakan
oleh Dinas Perkebunan berkerja sama dengan Wetlands
International Indonesia (WII), Lembaga Pengkajian, Pendidikan dan Pelatihan
Lingkungan Hidup (LP3LH) dan Ecosystem Alliance (EA) tersebut, diharapkan mendaptkan
masukan yang positif dan konstruktif untuk pembangunan kebunan yang
berkelanjutan di daerah ini.
Kara yang diharapkan itu bukan luasnya dan
besarnya produksi, namun bagaimana perusahaan tersebut dapat mematuhi perizinan
yang ada, memeprhatikan lingkungan, hak-hak adat, dan konservasi. “Itu yang
paling penting, biar kecil yang penting cantik dan produktivitasnya tinggi,”
ungkapnya.
Tambah Rawing, kami mau berkerja dengan baik,
maka sangat diharapkan masukan dan saran yang konstruktif dan membangun, pungkasnya.
Panitia Lugikaeter dalam laporannya
mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan pemutahiran data
sebaran gambut di Kalteng, untuk mendapatkan saran dan masukan mengenai kajian pengelolaan
gambut di Kalteng, menggalai pembelajaran pengelolaan gambut.
Juga untuk memperoleh kesepahaman dan
komitmen bersama menuju pengelolaan lahan gambut yang bijak sana dan
bekelanjutan
Sementara keluaran yang diharapkan yaitu, tersosialisaikannya
pemutahiran data sebaran gambut di Kalteng, diperolehnya masukan dan saran terhadap
finalisasi data sebaran gambut di Kalteng, adanya kesepahaman mengenai
pengelolaan gambut yang bijak sana dan bekelanjutan di Kalteng, ujarnya.
Kegiatan ini dilaksnakan selama satu hari dan
diikuti oleh SKPD/Biro/Badan dilingkungan Provini Kalteng dan kabupaten/kota,
instansi vertikal, akademisi, perusahaan, lembaga swadaya masyarakat, dan
instansi terkait lainnya.dkw