Prusda
Diharapkan Dapat Membeli Gabah Petani dan Mengolahnya
PALANGKA RAYA – Karena di permainkan
tangkulak, sehingga mestipu produksi padi
di Kalteng sudah tinggi, bahkan surplus sebesar 160.000 ton dan produksi
hotikultura juga sangat menjanjikan, namun nilai tukar petani (NTP) Kalteng
masih rendah yaitu 98,32.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan
Provini Kalteng Tute Lelo, dalam sambutannya pada rapat evaluasi program
kegiatan tahun angaran 2013 dan sikronisasi oprasional kegiatan (SOK) tahun
anggaran 2014 dengan kabupaten/kota se Kalteng, di hotel Grand Sakura, baru-baru
ini mengatakan, berdasarkan kinerja indikator makro, pertumbuhan indeks NTP
sampai Nopember 2013 hanya mencapai 98,32.
Atau mengalami penurunan daya beli petani
bila dibandingkan pada NTP 2012 yaitu 98,66. Sehingga NTP di daerah ini masih
di bawah 100, ini menunjukan bahwa petani belum sejahtera, meski berdasarkan
data badan pusat statistik (BPS) produksi padi di daerah ini surplus 160.000
ton dan produksi hotikulturanya juga cukup menjanjikan, ujar Tute.
Untuk itu ada beberapa hal yang
harus disikai bersama yaitu, bahwa produksi padi yang ada itu tidak dinimkati
petani, namun dimaikan oleh tangkulak. Karena, waktu petani mulai menggarap
lahannya, mereka sudah dipinjami dana dengan bunga yang menjerat para petani
tersebut.
Selain itu, hasil pertanian yang ada ini
tidak ada nilai tambahanya, karena yang mengambil gabah di sentra-sentra
pertanian padi di daerah ini adalah pedagang dari luar daerah. Setelah padi itu
diolah, baru kemudian di jual ke Kalteng dengan label mereka, “nah ini
permasalahan yang kita hadapi,” tegasnya.
Sehingga, diharapkan agar berbagai hal
tersebut dapat menjadi perhatian bersama, terutama dari Pemerintah Daerah di
sentra-sentra pertanian tersebut, agar gabah tersebut tidak dijual keluar
daerah, ujarnya.
“Harapan kita, dengan program Kalteng besuh, saya mengharapkan agar ada
program khusus untuk itu, sehingga di sentra-sentra pertanian itu kita membuat
sistim mekanis, sehingga dari alat pengolahan lahan sampai pemanen, pengering,
penggilingan padinya,” ungkapnya.
Bahkan ia berharap, agar Perusahaan Daerah
(Prusda) di kabupaten/kota, khusunya di daerah sentra pertanian padi di daerah
ini dapat membeli gabah itu dan diolah menjadi beras. Jadi beras tersebut bukan
produksi dari mana-mana, namun peroduksi dari Kabupaten itu sendiri.
“Karena kalau gabah ini dibiarkan di jual ke
luar daerah, maka NTP yang ada di daerah ini tidak mungkin mencapai 100, walaupun
kita surplusnya luar biasa tetapi larinya keluar daerah,” tegasnya.
Sebelumnya, Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang
juga mengatakan hal yang serupa, bahwa NTP di Kalteng masih rendah dan masih
dibawah Nasional. Karena, pada 2005-2010, NTP Kalteng sebesar 97,00 persen,
sementara Nasional sebesar 102,17 persen. Pada 2010-2012 NTP di Kalteng sebesar
101,08 persen, sementara Nasional sebesr 103,87 persen.
Sedangkan pada 2013, yaitu sampai posisi
dengan November 2013, NTP di Kalteng sebesar 97,94 persen, sementara Nasional
sebesar 105,28 persen. “Kalau kita melihat angka-angka ini, maka nilai tukar
petani kita masih rendah, masih dibawah Nasional,” ungkapnya.dkw