Selasa, 04 Februari 2014

Dipermainkan Tangkulak, NTP Kalteng Rendah

Prusda Diharapkan Dapat Membeli Gabah Petani dan Mengolahnya
PALANGKA RAYA – Karena di permainkan tangkulak, sehingga mestipu produksi padi di Kalteng sudah tinggi, bahkan surplus sebesar 160.000 ton dan produksi hotikultura juga sangat menjanjikan, namun nilai tukar petani (NTP) Kalteng masih rendah yaitu 98,32.
 Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provini Kalteng Tute Lelo, dalam sambutannya pada rapat evaluasi program kegiatan tahun angaran 2013 dan sikronisasi oprasional kegiatan (SOK) tahun anggaran 2014 dengan kabupaten/kota se Kalteng, di hotel Grand Sakura, baru-baru ini mengatakan, berdasarkan kinerja indikator makro, pertumbuhan indeks NTP sampai Nopember 2013 hanya mencapai 98,32.
Atau mengalami penurunan daya beli petani bila dibandingkan pada NTP 2012 yaitu 98,66. Sehingga NTP di daerah ini masih di bawah 100, ini menunjukan bahwa petani belum sejahtera, meski berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) produksi padi di daerah ini surplus 160.000 ton dan produksi hotikulturanya juga cukup menjanjikan, ujar Tute.
            Untuk itu ada beberapa hal yang harus disikai bersama yaitu, bahwa produksi padi yang ada itu tidak dinimkati petani, namun dimaikan oleh tangkulak. Karena, waktu petani mulai menggarap lahannya, mereka sudah dipinjami dana dengan bunga yang menjerat para petani tersebut.
Selain itu, hasil pertanian yang ada ini tidak ada nilai tambahanya, karena yang mengambil gabah di sentra-sentra pertanian padi di daerah ini adalah pedagang dari luar daerah. Setelah padi itu diolah, baru kemudian di jual ke Kalteng dengan label mereka, “nah ini permasalahan yang kita hadapi,” tegasnya.
Sehingga, diharapkan agar berbagai hal tersebut dapat menjadi perhatian bersama, terutama dari Pemerintah Daerah di sentra-sentra pertanian tersebut, agar gabah tersebut tidak dijual keluar daerah, ujarnya.
“Harapan kita, dengan program Kalteng besuh, saya mengharapkan agar ada program khusus untuk itu, sehingga di sentra-sentra pertanian itu kita membuat sistim mekanis, sehingga dari alat pengolahan lahan sampai pemanen, pengering, penggilingan padinya,” ungkapnya.
Bahkan ia berharap, agar Perusahaan Daerah (Prusda) di kabupaten/kota, khusunya di daerah sentra pertanian padi di daerah ini dapat membeli gabah itu dan diolah menjadi beras. Jadi beras tersebut bukan produksi dari mana-mana, namun peroduksi dari Kabupaten itu sendiri.
“Karena kalau gabah ini dibiarkan di jual ke luar daerah, maka NTP yang ada di daerah ini tidak mungkin mencapai 100, walaupun kita surplusnya luar biasa tetapi larinya keluar daerah,” tegasnya.
Sebelumnya, Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang juga mengatakan hal yang serupa, bahwa NTP di Kalteng masih rendah dan masih dibawah Nasional. Karena, pada 2005-2010, NTP Kalteng sebesar 97,00 persen, sementara Nasional sebesar 102,17 persen. Pada 2010-2012 NTP di Kalteng sebesar 101,08 persen, sementara Nasional sebesr 103,87 persen.

Sedangkan pada 2013, yaitu sampai posisi dengan November 2013, NTP di Kalteng sebesar 97,94 persen, sementara Nasional sebesar 105,28 persen. “Kalau kita melihat angka-angka ini, maka nilai tukar petani kita masih rendah, masih dibawah Nasional,” ungkapnya.dkw