Rabu, 02 Oktober 2013

Disbun Kaji Pembangunan Resi Gudang


PALANGKA RAYA – Agar harga karet di daerah ini tetap stabil, maka dirasa perlu dibangunnya resi gudang untuk membeli karet dari petani dengan harga yang relatif tinggi disaat harga karet dipasaran alami penurunan. Dan akan kembali dilepas, saat harga karet sudah kembali stabil. 
Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Kalteng Rawing Rambang, saat ditemui di ruang kerjanya, baru-baru ini, kepada Tabengan mengatakan, untuk menindaklanjuti keinginan tersebut, saat ini Dinas Perkebunan Kalteng sedang mengkaji pembangunan resi gudang tersebut.
Mengingat ini sangat tergantung dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk membeli karet masyarakat disaat harga karet dipasaran alami penurunan dan akan kembali dilepas saat harganya kembali tinggi. “Nah ini sedang dikaji, mengingat untuk pelaksanaanya perlu kajian yang cukup mendalam,” ujarnya.
Namun kalau resi gudang ini memang bisa dibangun, maka keberadaannya dinilai sangat membantu petani karet di daerah ini, ujar Rawing.
Bahkan keberadaan resi gudang ini diharapkan ada di daerah-daerah, terutama di daerah sentra penghasil karet seperti di Gunung Mas, Kapuas, Kotawaringin Timur, dan Barito Timur, “nah ini yang kita upayakan,” lanjutnya.
Selain itu, lanjut Rawing, agar harga karet di daerah ini stabil dan tidak mudah dipermainakn oleh para tangkulak, saat ini pihaknya juga sedang merancang Peraturan Gubernur (Pergub) tentang tata niaga pembinaan, pengolahan, dan pemasaran karet.
Karena, keberadaan Pergub tersebut bertujuan untuk melindungi para petani, namun perusahaan atau pabrik juga tidak dirugikan. Sehingga, dengan petani langsung menjual karetnya ke pabrik, maka harganya akan relatif stabil dan lebih tinggi, sehingga petani di daerah ini diharapkan akan lebih sejahtera.
Selain upaya tersebut, pihaknya dari Dinas Perkebunan Provinsi dan berkerjasama dengan Dinas Perkebunan kabupaten setempat melakukan pendampingan terhadap petani agar mereka dapat menjual karetnya langsung ke pabrik, sehingga harga karet tersebut tidak dipermainkan oleh tangkulak.
Upaya pendampingan tersebut, selain dilakukan di daerah Kabupaten Katingan, saat ini juga pihaknya lakukan di daerah Kabupaten Gunung Mas. “Jadi kita coba beberapa kabupaten dulu sebagai percontohan, jadi dilakukan secara terfokus. Namun seperti di Kabupaten Katingan, saat ini harga karet di daerah tersebut sangat baik,” ungkapnya.
Dengan pendampingan tersebut, pihaknya berharap agar harga karet di beberapa daerah kabupaten, khusunya kabupaten sentral penghasil karet dapat seperti harga karet di daerah Kabupaten Katingan dan Gunung Mas.
Sementara harga karet dilapangan saat ini dinilai alami penurunan atau relatif rendah, namun kalau petani tersebut langsung menjualnya ke pabrik dan memenuhi standar yang diminta oleh pabrik atau kualitasnya bagus, maka harganya cukup tinggi yaitu bisa diatas Rp13.000 per kg.
Sementara turunya harga karet yang ada dilapangan tersebut, ujar Rawing, karena karet tersebut dijual ke pihak ketiga dan kualitasnya tidak sesuai dengan yang diharapkan pabrik “jadi hanya paktor kualitas saja dan rantai penjualanya terlalu panjang,” tegasnya.dkw