Rabu, 14 November 2012

Kalteng Miliki 126 Lokasi Wisata


20-02-2012 00:00
Harian Umum Tabengan,  
PALANGKA RAYA
Kekayaan alam Kalteng memiliki beragam lokasi wisata, seni, dan budaya yang layak dikembangkan lebih jauh agar semakin dikenal masyarakat dalam dan luar negeri. Terrcatat, di Kalteng ada 126 lokasi wisata yang perlu mendapat perhatian sarana-prasarana dan infrastruktur pendukung.
Di dalam wilayah Kalteng yang luasnya mencapai 153.564 kilometer persegi atau 1,5 kali Pulau Jawa, terkandung potensi alam yang sangat besar. Potensi wisata alam Kalteng yang menjanjikan dan layak untuk dikunjungi wisatawan nasional maupun mancanegara, di antaranya berupa hutan, rawa, sungai, dan pantai.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng Kardinal Tarung, dari 126 lokasi wisata yang tersebar 13 kabupaten dan 1 kota di wilayah itu, sebagian besar merupakan wisata berbasis alam. “Meski berlimpah lokasi wisata, namun dalam meningkatkannya selain perlu dilakukan pembenahan dan penataan objek wisata itu tersebut, juga perlu didukung sarana infrastruktur jalan yang memadai,” kata Kardinal kepada Tabengan, pekan pekarin.
Ia mengatakan, dengan kondisi jalan ke lokasi wisata yang baik dan mudah dijangkau, perjalanan wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata itu dapat berjalan dengan lancar, sehingga menciptakan kesan positif.  Dan, apabila pembenahan objek wisata juga diiringi pembangunan fasilitas pendukung, termasuk sarana infrastruktur yang memadai, Kardinal meyakini kunjungan wisatawan semakin meningkat.
Selain potensi alamnya sangat menjanjikan,  lanjut dia, Kalteng juga memiliki seni dan budaya yang beragam. Suku Dayak yang tinggal di Kalteng terbagi lagi atas berbagai sub etnis, yang masing-masing memiliki satu kesatuan bahasa, adat istiadat, dan budaya.
Keragaman seni dan budaya, baik yang tradisional maupun kontemporer, dinilai Kardinal terus mengalami perkembangan dan terpelihara dengan baik di tengah-tengah masyarakat, seperti seni tari, seni suara, seni rupa, seni ukir, dan seni anyam-anyaman.
Pada seni tari, sebagian besar merupakan tarian pergaulan dan selebihnya bersifat magis.  Beberapa jenis tarian tersebut yang dinilai masih terpelihara, di antaranya Tarian Deder, dan Tari Kinyah atau Tarian Mandau yang sering disajikan dalam bentuk tarian kreasi. Bahkan, Tarian Manasai yang juga sebagai salah satu tarian khas Kalteng, saat ini telah dikreasikan menjadi tarian baru.
Sementara untuk seni suara berupa lagu daerah, di antaranya Karungut, Kandan, Parung, dan Kerinci. Sedangkan untuk seni ukir, biasanya dapat disaksikan pada saat pembuatan benda-benda seperti telabang atau perisai, bangunan sandung, hulu dan sarung mandau atau senjata khas Dayak, patung (sapundu), serta pada bagian-bagian bangunan rumah adat.
Begitu pula dengan seni anyam-anyaman, lanjut Kardinal, terdapat berbagai corak khas daerah ini yang terus dikembangkan masyarakat sebagai kerajinan rakyat. Berbagai kerajinan anyaman tersebut biasanya mengunakan bahan baku dari rotan, bambu, pandan, dan purun. Selain itu, juga berkembang berbagai kerajinan etnis yang berbahan baku getah nyatu dan berbahan baku kayu.
“Selain beberapa hal tersebut, Kalteng juga kaya akan berbagai kegiatan upacara adat seperti tiwah, manyanggar, memapas lewu (berdih desa), serta berbagai kegiatan yang lainnya,” imbuh Kardinal.dkw
 
 JUMLAH LOKASI WISATA DI KALTENG
  NO
KABUPATEN/KOTA
JENIS/TUJUAN LOKASI
JUMLAH
1
Palangka Raya
Alam, Rekreasi, Tirta, dan Sejarah
8
2
Katingan
Alam, Tirta, Budaya, dan Sejarah
20
3
Kotawaringin Barat
Alam, Tirta, Budaya, Sejarah, dan Ziarah
22
4
Sukamara
Alam dan Tirta
7
5
Lamandau
Alam, Tirta, dan Budaya
10
6
Seruyan
Tirta, Budaya, dan Minat Khusus
3
7
Kotawaringin Timur
Tirta, Budaya, dan Sejarah
3
8
Barito Selatan
Alam, Rekreasi, dan Budaya
5
9
Barito Utara
Alam, Tirta, Rekreasi, Budaya, Sejarah, dan Legenda
17
10
Barito Timur
Alam, Tirta, Budaya, Sejarah, dan Legenda
13
11
Murung Raya
Alam dan Sejarah
9
12
Kapuas
Alam dan Sejarah
2
13
Pulang Pisau
Alam dan Rekreasi
3
14
Gunung Mas
Alam, Tirta, dan Budaya
4
JUMLAH
126
 Sumber: Disbudpar Kalteng
 

Sengketa Lahan Miliki Kerawanan Jangka Panjang

31-03-2012 00:00
Harian Umum Tabengan,
PALANGKA RAYA
Minimal ada 4 isu yang perlu mendapatkan perhatian semua pihak, khususnya dari Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kalteng, dalam mewujudkan stabilitas ketertiban dan keamanan kehidupan masyarakat di provinsi tersebut.
Kepala Badan Intelijen Daerah Kalteng Brigjen Anjar Pramono pada Seminar Menjaga Stabilitas Guna Ketertiban dan Keamanan Dalam Kehidupan Masyarakat Kalteng, di Aula REED+, Jumat (30/3), mengatakan, kepala daerah dan wakilnya bertanggung jawab untuk melindungi, menjaga ketentraman, dan ketertiban masyarakat demi keutuhan wilayah.
Karena itu, diperlukan deteksi dan pencegahan secara dini terhadap berbagai ancaman, baik itu ancaman sosial dan bencana alam karena ulah manusia maupun bencana alam itu sendiri. Ia menekankan, minimal ada 4 isu yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak, di antaranya mengenai wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Selain itu, mengenai isu sengketa lahan termasuk terkait kebun plasma yang mempunyai kerawanan jangka panjang, sehingga diperlukan tahapan-tahapan dalam penyelesaianya, serta memerlukan kebijakan strategis khususnya di wilayah Kalteng ini.
Selain 2 hal tersebut, ada beberapa isu lain yang juga perlu mendapatkan perhatian yaitu mengenai narkoba dan bencana alam. “Beberapa isu tersebut perlu dicermati oleh berbagai pihak termasuk FKDM ini,” ujarnya.
Untuk itu, ia berharap agar FKDM dapat terus ditingkatkan lagi peran dan fungsinya sehingga dapat memfilter atau meredam berbagai isu yang berpotensi mengganggu atau mengancam keamanan dan stabilitas di daerah ini.
Dalam kesempatan itu,  Kepala Badan Kesbangpolimas Kalteng Salengkat Pardosi mengatakan hal serupa. Sementara hal yang akan dilakukan pihaknya ke depan adalah membina FKDM ini agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut dia, kondisi di Kalteng cukup kondusif, sehingga perlu dipertahankan bahkan terus ditingkatkan lagi.
Ketua FKDM Kalteng Sidik R Usop dalam paparannya mengatakan, semua sektor tidak ada yang bebas nilai, sehingga diperlukan sebuah aturan untuk menatanya. Mengingat berbagai persoalan yang ada sangat terkait antara yang satu sama lain, yang dipengaruhi berbagai faktor antara lain informasi, penelitian, teknologi, termasuk manusia yang mengabaikai nilai.
Untuk menyikapi ini, perlu ada kekritisan masyarakat dalam menerima informasi dan mencernanya. Selain itu, peranan dari tokoh masyarakat dan agama diharapkan dapat menjadi filter agar jangan sampai terjadi berbagai tindakan yang anarkis.
Apalagi dengan masuknya ekonomi kapital yang lebih mengutamakan peningkatan ekonomi dan tidak terlalu memikirkan dampaknya dan masyarakat yang ada hanya dijadikan sebagai alat. "Jadi, tidak memanusiakan-manusia," lanjutnya.
Meski demikian, berbagai persoalan dan konflik yang ada tidak semuanya berdampak negatif, namun juga positif yaitu dengan meningkatkan kopetensi, menjadi proses pembelajaran, dan mendorong terjadinya perubahan. Ia juga mengatakan, dalam menyelesaikan persoalan di tengah masyarakat dirasa perlu ketrpaduan dari berbagai sektor yang terkait, termasuk antara hukum positif dan hukum adat. Dengan demikian, meski yang utama adalah hukum positif namun hukum adat juga tidak hilang.
Ketua Panitia Pelaksana Seminar Hendra Wijaya Iban mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan agar terjalin kesepamahaman dari semua sektor masyarakat. Dengan demikian, maka kontrol sosial dapat dilaksanakan secara maksimal. Mengingat hal tersebut sangat penting, agar jangan sampai persoalan atau konflik yang terjadi sampai mengarah pada kekerasan “Kita harapkan agar tindakan anarkis ini dapat ditanggulangi secara bersama,” tegasnya. dkw



Peran Pertanian Cukup Signifikan

2012-03-30
Harian Umum Tabengan,
PALANGKA RAYA
Pemprov Kalteng mendorong jajarannya agar peran sektor pertanian yang mampu memberi dukungtan terhadap pertumbuhan perekonomian dapat dipertahankan.
Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang, mengatakan, peran sektor pertanian terhadap pertumbuhan perekonomian Kalteng, cukup signifikan terutama dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Dimana pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV tahun 2011 mencapai 6,74 persen, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,55 persen.
Demikian pula dengan sumbangan sektor pertanian sebesar 3,26 persen pada 2011. Angka ini  lebih tinggi dibandingkan pada 2010 sebesar 2,85 persen. Sedangkan, sumbangan produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian, pada semester IV 2011 sebesar Rp1.389,28 miliar.
“Sektor pertanian merupakan inti dari sektor primer dengan bobot terbesar dalam bobot perekonomian Kalteng, yaitu sebesar 27,60 persen dan memberi kontribusi sebesar 0,81 persen terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalteng pada semester IV 2011,” ungkap Teras melalui sambuatan tertulis yang dibacakan Wakil Gubernur Achmad Diran saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian (Musrembangtan) Tingkat Provinsi Kalteng 2012, di Hotel Luwansa, palangka Raya, Kamis (29/3).
Untuk mempertahankan dan meningkatkannya, Pemprov Kalteng mendorong dan mendukung program kerja pemerintah daerah khususnya satuan kerja perangkat daerah yang membidangi pertanian agar mampu mencapai target yang ditetapkan, seperti pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan. Di antaranya, target surplus beras 10 juta ton pada 2014, peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta peningkatan kesejahteraan petani.
Meski dinilai berperan, namun sektor pertanian dihadapkan pada 5 permasalahan pokok yang bisa memengaruhi pembangunan sektor pertanian dalam arti luas. Karena itu, harus mendapat perhatian semua pihak, terutama instansi yang terkait.
Kelima kendala itu, terbatasnya infratruktur pengairan yang bertujuan untuk mendukung ketahanan pangan, optimalisasi lahan pertanian, dan pengembangan industri hilir. Kemudian,  pengembangan tata niaga komoditas serta pengelolaan pertanian, perkebunan, dan peternakan yang belum dilakukan secara profesional.
Selain kendala pertanian, beberapa isu juga disinggung Teras di depan 100 orang peserta kegiatan, dari Bappeda provinsi dan kabupaten/kota, Dinas Pertanian provinsi dan kabupaten/kota, kelembagaan penyuluhan pertanian, ketahanan pangan, penelitian dan pengembangan, serta instansi terkait lainnya.
Seperti alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian pangan yang menjadi isu nasional. Karena itu, semua pihak diharapkan dapat berkomitmen dalam mematuhi UU No.41/2009 dan Peraturan Pemerintah No 1/2011 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Selain itu, menyangkut ketahanan pangan yang perlu dijaga dan kembangkan, sehingga perlu disosialisasikan melalui kegiatan lumbung pangan masyarakat dan deversifikasi pangan masyarakat.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kalteng Tute Lelo dalam laporannya mengatakan, sasaran kegiatan adalah tersusunnya dokumen usulan perencanaan pembangunan pertanian 2013 mendatang dan rencana kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi antara provinsi, kabupaten/kota, dan pusat. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari, 29-30 Maret 2012. Hadir pula salah satu narasumbernya dari Biro Perencanaan Setjen Kementerian Pertanian RI Suwandi.dkw



Taman Nasional Sebangau Terbakar



27-09-2012 00:00
Harian Umum Tabengan,
PALANGKA RAYA- Kabut asap yang kembali menebal di Kota Palangka Raya dalam beberapa hari terakhir diduga kuat berasal dari kebakaran lahan gambut di kawasan Taman Nasional Sebangau (TNS). Kebakaran seluas kurang lebih 100 hektare tersebut telah terjadi selama 3 hari lalu secara berturut-turut dan berangsur berkurang setelah dilakukan pemadaman selama 2 hari 2 malam.
Komandan Posko Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan, Lahan dan Pekarangan Provinsi Kalteng Mugeni, Rabu (26/9), mengatakan, untuk memadamkan kebakaran pada lahan gambut TNS tersebut pihaknya menerjunkan 1 regu dari Manggala Agni Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng. “Pemadaman di sana (TNS) juga dibantu kelompok masyarakat setempat dan sekarang sudah berangsur padam,” katanya.
Mugeni yang juga Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalteng yakin apabila kabut asap tebal di Kota Palangka Raya ini merupakan asap kiriman dari kebakaran di TNS. Kondisi ini juga diperparah dengan adanya kebakaran lahan seluas 16 hektare di Jalan Tjilik Riwut Km36, Kecamatan Bukit Batu. “Asap masih tebal. Diperkirakan besok (hari ini) masih sama,” tambah Mugeni.
Kabut asap yang melanda Palangka Raya tersebut kembali mengganggu aktivitas penerbangan melalui Bandara Tjilik Riwut. Kemarin, pesawat Garuda Indonesia dari Jakarta yang seharusnya mendarat pukul 07.40 WIB, mengalami keterlambatan. Kepala Bandara Tjilik Riwut Norman Dani, tadi malam, mengatakan, pesawat Garuda baru bisa mendarat sekitar pukul 12.00 WIB.
Norman memastikan penerbangan kemarin hanya ada 1 pesawat yang mengalami penundaan, yakni Garuda Indonesia. Penyebabnya, ketebalan kabut asap memperpendek jarak pandang hingga 600 meter dan baru memenuhi standar pendaratan pada pukul 12.00 WIB sekitar 2.000 meter.
“Kalau untuk besok (hari ini) saya tidak tahu, apakah akan mengganggu penerbangan atau tidak. Ini faktor alam,” imbuhnya.
Surati BNPB
Mugeni juga menjelaskan jadwal pelaksanaan operasi hujan buatan menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) akan berakhir pada 9 Oktober mendatang. Ia berharap operasi itu dapat diperpanjang agar tidak terjadi gangguan asap saat pelaksanaan peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) di Palangka Raya, 18 Oktober, yang rencananya dihadiri oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. 
“Surat permohonannya sudah diteken oleh Wakil Gubernur Achmad Diran dan besok (hari ini) akan dikirim ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Pertimbangan lainnya, meski pada pertengahan Oktober sudah turun hujan, namun belum merata di semua daerah,” katanya.  
Disebutkannya, pada 1-25 September jumlah hotspot (titik panas) di Palangka Raya paling tinggi 8 titik per hari, sehingga dapat dipastikan kabut asap ini merupakan kiriman dari daerah lainnya. Berdasar data, jumlah hotspot cenderung menurun. Pada 23 September sempat mencapai 163 titik, menurun menjadi 97 titik pada 24 September dan turun lagi jadi 19 titik pada 25 September.
Sementara jumlah hotspot sepanjang 1-25 September di 13 kabupaten dan 1 kota se-Kalteng mencapai 1.672. Tertinggi di Kabupaten Pulang Pisau 221 titik, disusul Katingan 209 titik, Kotawaringin Timur 189 titik, Gunung Mas 177 titik, Seruyan 171 titik, Kapuas 158, Lamandau 116 titik, Murung Raya 88 titik, dan Barito Selatan 81 titik. Kabupaten Sukamara 71 titik, Kotawaringin Barat 68, Barito Timur 47 titik, Barito Utara 45 titik, dan Kota Palangka Raya sebanyak 31 titik.
“Kalau kondisi udara berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) ada peningkatan dari yang semula normal ke posisi sedang. Meskipun belum melampaui angka 100, masih berkisar 90,” terang Mugeni, seraya menambahkan hingga kini tim terus berupaya menyisir wilayah kota untuk memadamkan titik-titik api.
Mugeni juga menyampaikan pada Kamis (27/9), hari ini, pihaknya akan melaksanakan gladi lapangan di Bumi Perkemahan Tuah Pahoe, Kecamatan Sabangau, Kota Palangka Raya. Kegiatan itu sebagai tindak lanjut penyusunan rencana kontinjensi pengendalian bencana kebakaran hutan, lahan, dan pekarangan untuk wilayah Palangka Raya.



Produksi Perkebunan Kalteng Hadapi Kendala

05-10-2012 00:00
Harian Umum Tabengan,
PALANGKA RAYA – Sebanyak 17 provinsi dari wilayah timur Indonesia membahas penyusunan RKAKL di Kalteng. Gubernur Teras Narang sadari upaya mencapai produksi perkebunan hadapi sejumlah kendala.
Provinsi Kalteng menjadi tuan rumah pelaksanaan pertemuan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKAKL) Wilayah Timur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) RI 2012.
Kegiatan yang berlangsung pada 3-6 Oktober di Hotel Aquarius Palangka Raya tersebut, diikuti peserta dari Kementan 16 orang, UPT Lingkup Direktorat Jendral Perkebunan 4 orang, dan 34 orang dari pemerintah daerah, yakni Dinas Perkebunan (Disbun) dan SKPD yang membidangi perkebunan dari 17 provinsi.
Ke-17 provinsi tersebut, Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Maluku, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, NTT, NTB, Bali, Kaltim, Kalbar, Kalteng, dan Kalsel.
“Tujuan kegiatan ini untuk mendapatkan masukan guna penyempurnaan penyusunan kebijakan pembangunan perkebunan tahun 2013,” kata Kepala Disbun Kalteng Rawing Rambang dalam laporan tertulisnya yang disampaikan oleh Sekretaris Disbun Kalteng Retno, saat pembukaan kegiatan tersebut di Hotel Aquarius, Rabu (3/10) malam.
Selain itu, lanjutnya, untuk menyusun penyesuaian rencana kerja dalam bentuk RKAKL 2013 pada tiap satuan kerja provinsi/unit pelaksana teknis lingkup Dirjen Perkebunan Kementan Wilayah Timur. Serta, untuk menyelaraskan sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan tahun 2013 dalam mewujudkan sinkronisasi dan sinergitas pelaksanaan program/kegiatan pembangunan perkebunan.
Sementara Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Asisten III Setdaprov Kalteng Godlin, menyadari bahwa untuk mencapai produksi perkebunan pada 2013 tidak mudah. Sebab, masih terdapat beberapa kendala seperti masih minimnya teknologi. Selain itu, ada beberapa faktor yang tidak menguntungkan, seperti kebakaran dan banjir.
“Berbagai tantangan lainnya adalah belum selesainya revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalteng secara menyeluruh, konflik lahan dan gangguan usaha, rendahnya sumber daya manusia petani, serta rendahnya akses petani terhadap permodalan,” jelasnya.
Namun demikian, Gubernur mengharapkan agar tetap semangat mengingat pembangunan perkebunan ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tetapi juga untuk menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan antarwilayah.
Untuk itu, sambungnya, pembangunan perkebunan sangat dibutuhkan, terutama di daerah pedalaman yang memerlukan dukungan dari semua pihak, termasuk Pemerintah Pusat dan sektor swasta. “Untuk mewujudkannya, diperlukan pemahaman yang sama dari berbagai pihak tersebut,” tambahnya.
Untuk meningkatan visi perkebunan, kata Gubernur, Provinsi Kalteng memiliki Perda No.5/20011 tentang Pengelolaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan. Tujuan perda ini agar masyarakat juga mendapatkan perhatian dan pelayanan dari pihak perusahaan.
 Sekretaris Dirjen Perkebunan  Mukti Sardjono, menyebutkan beberapa hal yang perlu disukseskan pada 2014 mendatang. Di antaranya swasembada berkelanjutan yang meliputi suprus beras, swasembada tebu, kedelai, jagung, dan swasembada daging.  Selain itu, terwujudnya diversifikasi pangan dan peningkatan kesejahteraan petanian yang harus difokuskan pada 2013 mendatang.dkw