27-09-2012
00:00
Harian Umum Tabengan,
PALANGKA RAYA- Kabut asap yang kembali menebal di Kota Palangka Raya dalam
beberapa hari terakhir diduga kuat berasal dari kebakaran lahan gambut di
kawasan Taman Nasional Sebangau (TNS). Kebakaran seluas kurang lebih 100
hektare tersebut telah terjadi selama 3 hari lalu secara berturut-turut dan
berangsur berkurang setelah dilakukan pemadaman selama 2 hari 2 malam.
Komandan
Posko Penanggulangan Bencana Kebakaran
Hutan, Lahan dan Pekarangan Provinsi Kalteng Mugeni, Rabu (26/9), mengatakan,
untuk memadamkan kebakaran pada lahan gambut TNS tersebut pihaknya menerjunkan
1 regu dari Manggala Agni Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng.
“Pemadaman di sana (TNS) juga dibantu kelompok masyarakat setempat dan sekarang
sudah berangsur padam,” katanya.
Mugeni yang juga Kepala Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalteng yakin apabila kabut asap tebal di
Kota Palangka Raya ini merupakan asap kiriman dari kebakaran di TNS. Kondisi
ini juga diperparah dengan adanya kebakaran lahan seluas 16 hektare di Jalan
Tjilik Riwut Km36, Kecamatan Bukit Batu. “Asap masih tebal. Diperkirakan besok
(hari ini) masih sama,” tambah Mugeni.
Kabut asap yang melanda Palangka Raya
tersebut kembali mengganggu aktivitas penerbangan melalui Bandara Tjilik Riwut.
Kemarin, pesawat Garuda Indonesia dari Jakarta yang seharusnya mendarat pukul
07.40 WIB, mengalami keterlambatan. Kepala Bandara Tjilik Riwut Norman Dani,
tadi malam, mengatakan, pesawat Garuda baru bisa mendarat sekitar pukul 12.00
WIB.
Norman memastikan penerbangan kemarin
hanya ada 1 pesawat yang mengalami penundaan, yakni Garuda Indonesia.
Penyebabnya, ketebalan kabut asap memperpendek jarak pandang hingga 600 meter
dan baru memenuhi standar pendaratan pada pukul 12.00 WIB sekitar 2.000 meter.
“Kalau untuk besok (hari ini) saya tidak
tahu, apakah akan mengganggu penerbangan atau tidak. Ini faktor alam,” imbuhnya.
Surati BNPB
Mugeni juga menjelaskan jadwal
pelaksanaan operasi hujan buatan menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)
akan berakhir pada 9 Oktober mendatang. Ia berharap operasi itu dapat
diperpanjang agar tidak terjadi gangguan asap saat pelaksanaan peringatan Hari
Pangan Sedunia (HPS) di Palangka Raya, 18 Oktober, yang rencananya dihadiri
oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
“Surat permohonannya sudah diteken oleh
Wakil Gubernur Achmad Diran dan besok (hari ini) akan dikirim ke Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Pertimbangan lainnya, meski pada pertengahan
Oktober sudah turun hujan, namun belum merata di semua daerah,”
katanya.
Disebutkannya, pada 1-25 September
jumlah hotspot (titik panas) di Palangka Raya paling tinggi 8 titik per hari,
sehingga dapat dipastikan kabut asap ini merupakan kiriman dari daerah lainnya.
Berdasar data, jumlah hotspot cenderung menurun. Pada 23 September sempat
mencapai 163 titik, menurun menjadi 97 titik pada 24 September dan turun lagi
jadi 19 titik pada 25 September.
Sementara jumlah hotspot sepanjang 1-25
September di 13 kabupaten dan 1 kota se-Kalteng mencapai 1.672. Tertinggi di
Kabupaten Pulang Pisau 221 titik, disusul Katingan 209 titik, Kotawaringin
Timur 189 titik, Gunung Mas 177 titik, Seruyan 171 titik, Kapuas 158, Lamandau
116 titik, Murung Raya 88 titik, dan Barito Selatan 81 titik. Kabupaten
Sukamara 71 titik, Kotawaringin Barat 68, Barito Timur 47 titik, Barito Utara
45 titik, dan Kota Palangka Raya sebanyak 31 titik.
“Kalau kondisi udara berdasarkan Indeks
Standar Pencemaran Udara (ISPU) ada peningkatan dari yang semula normal ke
posisi sedang. Meskipun belum melampaui angka 100, masih berkisar 90,” terang
Mugeni, seraya menambahkan hingga kini tim terus berupaya menyisir wilayah kota
untuk memadamkan titik-titik api.
Mugeni juga menyampaikan pada Kamis
(27/9), hari ini, pihaknya akan melaksanakan gladi lapangan di Bumi Perkemahan
Tuah Pahoe, Kecamatan Sabangau, Kota Palangka Raya. Kegiatan itu sebagai tindak
lanjut penyusunan rencana kontinjensi pengendalian bencana kebakaran hutan,
lahan, dan pekarangan untuk wilayah Palangka Raya.