Jumat, 03 Juni 2011

Tanpa Plasma, Rekomendasi IPKH Ditolak

27-04-2011 00:00
Harian Umum Tabengan,  
PALANGKA RAYA
Meski mengantongi izin dari Bupati/Walikota, Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang tidak akan memberi rekomendasi IPKH bagi PBS yang tidak terapkan plasma.
Wakil Gubernur Kalteng Achmad Diran menegaskan, pihaknya  tidak akan memberi rekomendasi Izin Pelepasan Kawasan Hutan (IPKH) bagi perusahaan besar swasta (PBS) perkebunan kelapa sawit yang tidak menerapkan plasma sebesar 20 persen dari luas izin perkebunan.
Diran mengatakan hal itu setelah acara penandatanganan Perjanjian Kredit Investasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Pola Linkage antara PT Bank Mandiri (Persero) dan enam koperasi mitra binaan PT Katingan Indah Utama (Makin Group) di Hotel Aquarius, Palangka Raya, (26/4). “Saya tegaskan, meski ada izin Bupati/Walikota, Pemprov Kalteng  akan tolak permintaan rekomendasi itu jika tidak memerhatikan masyarakat sekitar perusahaan,” tegas Diran.
Kewajiban PBS menyiapakan 20 persen dari luas izin untuk perkebunan plasma termuat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.26 Tahun 2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan. Menurut mantan Bupati Barito Selatan ini, Pemprov Kalteng perlu mempertegas Permentan tersebut dengan peraturan daerah yang akan diajukan ke DPRD Kalteng.
Raperda tentang Perkebunan ini merupakan revisi dari Perda Kalteng No.13 Tahun 2003 tentang Pengusahaan Perkebunan. Revisi Raperda ini sangat penting dilakukan demi mengikuti ketentuan-ketentuan yang baru dalam Undang-undang (UU) 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan. Selain itu, memenuhi kewajiban yang belum terakomodir dalam perda tersebut, seperti plasma bagi perusahaan.
 
Serahkan Kredit Koperasi
Dalam acara itu, enam koperasi di bidang perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mendapatkan kredit dari Bank Mandiri sebesar Rp170 miliar. Keenam Koperasi itu, Tunas Harapan, Santana Bersatu, Sinar bahagia, Kabau Indah, Mentaya Raya, dan Koperasi Anugerah Baampah. 
Chief Operating Officer Makin Group Sonny Tjandrahusada mengatakan, selain berkerja sama dengan enam koperasi itu, pihaknya juga melibatkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, untuk menyukseskan perjanjian kredit. 
Menurut Sonny, dana Rp170 miliar dari Bank Mandiri itu akan digunakan untuk membiayai pembangunan 5,893ha kebun kelapa sawit dengan jumlah anggota 2.557 orang. “Namun, sebelum berkerja sama dengan Bank Mandiri, pembiayaan pembangunan tersebut ditalangi anak perusahaan Makin Grup,” katanya. 
Hingga saat ini, PT Katingan Indah Utama yang masuk dalam Makin Grup, berkerja sama dengan 11 koperasi di Kabupaten Kotim dan sudah membangun sedikitnya 7.700ha kebun kelapa sawit milik koperasi mitra. Luas kebun sawit 5,893ha dibiayai Bank Mandiri, sedangkan sisanya sekitar 1.807ha masih dalam proses pembiayaan. 
Pengembangan koperasi mitra itu dilakukan untuk mewujudkan usaha kemitraan melalui pembangunan dan pengelolaan kebun kelapa sawit milik masyarakat, dengan berlandaskan asas kebersamaan dan kesetaraan. 
Untuk membantu menunjang perekonomian masyarakat di sekitar kebun kelapa sawit, Makin Grup sudah membangun perkebunan kelapa sawit di Kalteng seluas 60.000ha. Sekitar 33 persen atau 19.800ha adalah milik 32 koperasi mitra Makin Grup. “Langkah itu untuk mewujudkan kontribusi pembangunan di Provinsi Kalteng, terutama untuk meningkatkan perekonomian masyarakat kita," katanya. 
Dalam sambutannya, Diran menambahkan, bantuan tersebut sudah sesuai dengan apa yang diharapkan pemerintah provinsi. Sebab, dari sekian banyak perusahaan yang ada di Kalteng masih sedikit yang membantu masyarakat. 
"Masih ditemukan perusahaan yang tidak membantu masyarakat sekitar. Terutama yang belum menyediakan lahan plasma sebesar 20 persen dari luas kebun kelapa sawit yang ada," katanya. 
Wakil Bupati Kotim Taufik Mukrie menyatakan bangga karena Makin Group serius menjembatani kesulitan koperasi untuk memiliki modal sehingga dapat terus belangsung membangun kebun plasma yang mereka kelola. Taufik menyebut, dari 52 perusahaan kelapa sawit yang operasional di Kotim, hanya Makin Group, PT Hutan Sawit Lestari, dan PT Bumi Tama menerapkan perkebunan plasma.dkw

Pancasila Mulai Ditinggalkan

04-06-2011 00:00
Harian Umum Tabengan,  
PALANGKA RAYA
Keberadaan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia mulai ditinggalkan. Sebagian warga Indonesia bahkan tidak lagi ingat isi lima sila itu. Hal itu disampaikan Danrem 102/Panju Panjung Kolonel Inf Sukoso Maksum usai pembukaan TMMD ke-86 wilayah Korem 102/Panju Panjung yang dipusatkan di Kelurahan Pahandut Seberang, Kecamatan Pahandut, Palangka Raya, Rabu (1/6).
Danrem menjelaskan, Pancasila ditinggalkan warga Indonesia pasca repormasi pada 1998. “Dulu ada pelajaran tentang pendidikan pengamalan Pancasila (P4). Pelajaran itu menjadi sarana atau alat bagi para pelajar dan masyarakat memahami makna Pancasila. Saat ini pendidikan mengenai Pancasila memang masih ada, namun mulai berkurang,” katanya.
Ia berharap kepada instansi yang berkewenangan untuk memberikan pemahaman tentang makna dan arti pasal demi pasal yang terkandung di dalam Pancasila. Khususnya di lembaga pendidikan, baik sekolah formal maupun nonformal, hendaknya secara optimal memberikan pendidikan mengenai Pancasila, sebab sangat penting dalam menjaga mental dan jiwa masyarakat untuk menjaga kesatuan NKRI.
Danrem mengaku materi tentang Pancasila tidak bisa diberikan sekaligus dan langsung tuntas, sebab ada tingkatan yang harus dipahami secara bertahap dan utuh. Rendahnya pemahaman tentang nilai Pancasila dapat mengancam terjadinya disintegrasi bangsa. Karena itu, meningkatkan kembali wawasan tentang Pancasila menjadi penting dalam membentuk mental dan karakter bangsa. Saat ini ancaman keamanan di Kalteng memang masih cukup minim, tapi patut diwaspadai.
“Kewaspadaan tersebut tidak hanya dilakukan oleh TNI dan POLRI, namun juga harus diikuti seluruh masyarakat. Sebab untuk menjaga ketertiban dan keamanan ini diperlukan sebuah kerja sama yang baik atar semua pihak,” katanya.  dkw

Juratul Menunggu Kepedulian


Kadis Kesehatan Kota Palangka Raya saat Mengunjungi tempat kediaman Juratul Sita
04-06-2011 00:00
Harian Umum Tabengan,  
Jari kaki Juratul, bocah warga Pahandut Seberang, membesar. Tumor, begitu analisis medis sementara. Keterbatasan ekonomi membuat keluarganya tak mampu berbuat apa-apa. Kini, Jamkesmas dan kepedulian Dinkes Kota menjadi harapan satu-satunya.
Sudah 3,5 tahun bocah itu terlahir ke dunia. Selama itu pula, Juratul Sita, demikian ia diberi nama, menderita kelainan fisik di salah satu bagian tubuhnya.
Tiga jari di kaki sebelah kiri putra Nesiane dan Ahmad tersebut terus membesar seiring waktu. Kini, bentuk tiga jari kaki Juratul itu hampir mendekati ukuran telur ayam kampung. Bahkan, dua jari yang lain nyaris tak tampak lagi rupanya. Selain pada jari, telapak kaki depan Juratul juga memperlihatkan pembesaran.
Sang ibu, Nesiane, saat bertandang ke Kantor Redaksi Tabengan, Rabu (1/6) tadi, menuturkan, kelainan fisik yang dialami putranya sudah tampak sejak si bocah dilahirkan.
Sebagai keluarga yang kemampuan ekonominya pas-pasan, Nesiane dan Ahmad pun mengabaikan proses pemeriksaan medis maupun pengobatan anaknya.
Selain itu, keluarga yang tinggal di barak nomor 38b, Jalan Pantai Cemara Lebat, Kelurahan Pahandut Seberang, Palangka Raya ini juga beranggapan kelainan itu di awal-awal tak terlalu berpengaruh terhadap kesehatan dan proses tumbuh kembang buah hati mereka.
Namun, anggapan itu keliru. Semakin hari, benjolan pada jari kaki kiri Juratul semakin besar. Apalagi Juratul juga sering mengeluhkan sakit pada areal tumbuhnya benjolan itu.
Nasiane dan Ahmad lantas berinisiatif memeriksakan kondisi Juratul ke pihak medis. Saat usianya empat bulan, Juratul dibawa ke Rumah Sakit Ulin di Banjarmasin, Kalsel. Sayang, dokter yang khusus menangani kelainan fisik demikian saat itu tidak berada di tempat.
Pemeriksaan pun gagal dilakukan. Juratul lantas dibawa pulang ke Palangka Raya karena tak mungkin dirawat inap di rumah sakit tersebut. Sebab, informasi dari petugas rumah sakit di sana, biaya pengobatan diperkirakan mencapai Rp70 juta.
Ahmad, ayahnya yang berstatus pekerja serabutan tak sanggup menanggung biaya sebesar itu. Untuk makan sekeluarga dengan empat orang anak saja pendapatannya tak bisa dikatakan cukup.
Di Palangka Raya, upaya agar Juratul tetap mendapatkan perawatan medis pun dilakukan Nasiane dan Ahmad. Mereka berharap, ada dermawan atau pemerintah yang mau mengulurkan tangannya agar kelainan fisik sang anak bisa diobati.
Sebagai warga pra-sejahtera, orangtua Juratul sebenarnya memegang Kartu Jamkesmas. Kartu ini seharusnya bisa memberikan kelonggaran bagi Juratul untuk mendapat kemudahan dan keringanan biaya pengobatan.
Kepala Dinas Kesehatan Palangka Raya Sudarmini saat mengunjungi kediaman Juratul mengakui hal itu. Ia mengatakan, pihaknya akan berusaha memperjuangkan agar kelainan fisik yang diderita Juratul segera diobati. “Mengingat secara fisik benjolan tersebut sudah membesar dan yang bersangkutan sudah sering mengeluh sakit, ini harus kita antisipasi,” tutur Sudarmini, baru-baru ini.
Sudarmini menambahkan, dengan Jamkesmas yang dipegang keluarga Juratul, proses pengobatan pasti akan mendapat kemudahan. Namun, lanjutnya, perlu dilakukan tata laksana oleh pihak rumah sakit yang mempunyai peralatan yang lengkap untuk menangani penyakit khusus seperti yang dialami Juratul ini.
Menurut Sudarmini, karena persyaratannya sudah lengkap, maka pihaknya akan mendukung secara administrasi. Seandainya tidak lengkap, maka pihaknya akan membantu melengkapinya.
“Prosedurnya dari Puskesmas, kemudian memberikan rujukan ke Rumah Sakit Doris Silvanus untuk diperiksa. Kalau harus operasi di rumah sakit luar, maka diperlukan rujukan dari rumah sakit setempat,” ungkapnya.
Dijelaskannya pula, dengan adanya Jamkesmas, disertai kartu keluarga, besar harapan tata laksana dan pengobatan Juratul bisa dibiayai oleh pemerintah.
Lebih lanjut Sudarmini menuturkan, benjolan pada tiga jari kaki sebelah kiri Juratul Sita tersebut dikategorikan dalam penyakit tumor. Pemicunya, saat kehamilan, kondisi sang ibu dan janin kurang kontrol, sehingga tidak pendapatkan vaksin antibodi atau lainnya.
Dalam istilah medis, penyakit ini dikategorikan sebagai kelainan jaringan, sehingga tidak menular. Selain itu, penyakit yang diderita Juratul dinilai masih minim.
Terkait anggapan keterlambatan penanganan dari Dinkes Palangka Raya, Sudarmini menilai karena yang bersangkutan (keluarga Juratul) jarang memeriksakan kesehatan anaknya ke Puskesmas, sehingga tidak bisa mendeteksinya secara dini.
Untuk itu, Sudarmini berharap berkaca dari kasus ini,  masyarakat diimbau untuk aktif memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan yang telah dibantuk bagi kepentingan masyarakat. Ia juga meminta, kader-kader kesehatan yang dibentuk di masyarakat agar lebih aktif untuk memberikan informasi secara berjenjang, sampai ke Dinas atau pihak yang berwenang. debi kriswanto


Senin, 30 Mei 2011

Sembuh dan Berprestasi Bersama Olahraga

Prof Rusli Lutan
31-05-2011 00:00
Harian Umum Tabengan,  
Oleh: Debi Kriswanto
Selain memunculkan atlet-atlet dengan prestasi nasional, Kalteng juga melahirkan para pembina olahraga berkualitas. Salah satunya Prof Rusli Lutan, Guru Besar di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Rusli Lutan merupakan putra asli Dayak Kalteng. Semasa kecil,  ia dan keluara tinggal di sebuah desa kecil yaitu Pulau Telo, Kuala Kapuas, Kabupaten Kapuas.
Kala itu, desa tersebut masih dikelilingi hutan belantara yang rindang den menyejukan. Sehari-harinya, Rusli kecil hidup sederhana bersama keluarganya. Kesederhanaan itulah yang membuat mereka jauh dari fasilitas kesehatan.
Rusli kecil tidak pernah mendapatkan suntikan vaksin untuk menjaga kekebalan tubuh. Akibatnya, ia mudah terserang berbagai penyakit. Malaria dan asma adalah penyakit yang lama diidapnya.
Di kala tak terganggu sakit, Rusli merupakan anak yang aktif. Ia gemar bermain dan berolahraga tradisional. Hobinya berolahraga semakin kuat ketiaka ia menerima pelajaran pendidikan jasmani yang diajarkan oleh gurunya, terutama saat duduk di kelas empat sekolah rakyat (SR).
Kecintaannya terhadap olahraga semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Ia lantas menggeluti cabang olahraga lompat tinggi, karena terinspirasi kiprah dari atlet Amereika Serikat Biil Miller. Bill ketika itu sengaja mendemontrasikannya aksi lompat tingginya di Kuala Kapuas dalam rangka mempromosikan olahraga atletik ke seluruh Indonesia.
Dengan gemar berolahraga, ditambah mengkonsumsi ramuan herbal tradisional, kondisi fisik Rusli semakin membaik. Penyakitnya berangsur-angsur sembuh.
Rusli juga pandai mengatur waktu. Meski memiliki segudang aktivitas latihan, ia tidak melupakan tugasnya untuk belajar. Jenjang demi jenjang pendidikan pun terus ia tempuh. Pada 1998, ia sudah meraih gelar doktor dengan yudisium cum laude bidang pendidikan luar sekolah, di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung. Ia juga dikukuhkan sebagai guru Besar di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Meski perstasi Rusli saat bertanding tidak terlalu menonjol, namun, sebagai akademisi di bidang olaraga, karya, ide, dan gagasanya untuk memajukan dunia olahraga Indonesia selalu mendapatkan sambutan hangat dari para pemerhati dan pelaku olahraga.
Ia merupakan salah satu dari sarjana olahraga Indonesia yang memperkenalkan untuk pertama kalinya kosep olahraga dan pembangunan berkelanjutan, olahraga dan lingkungan hidup, serta olahraga dan ekonomu untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa.
Karena pemikiran, konsep, dan gagasanya, ia dipercaya menduduki jabatan strategis di bidang keolahragaan. Di antaranya, sebagai dekan FPOK (1994-2000), direktur pemberdayaan Iptek olahraga Direktorat Olahraga Pelajar dan Mahasiswa, Sekretaris Direktorat Direktorat Jenderal Olahraga di Mendiknas (2003-2004).
Kemampuannya memanajemen dan mengorganisir berbagai organisasi keolaharagaan membuat putra Dayak dari pedalaman Kalteng tersebut pernah melangkang buana ke berapa negara, guna belajar dan memperkenalkan olahraga. Selain itu, ia juga mengikuti berbagai pertemuan olahraga di Asia, Asean, dan juga Internasional.
BIODATA:
Nama: Prof Rusli Lutan
TTL: Pulau Telo Kapuas, 5 Juli 1945
Istri      : Hj Rokayah
Anak:
1. Lina Wiyarsih
2. Maya Sari
3. Susan
4. Fajar Eka Saputra

Prestasi:
1. Pembina olahraga terbaik Jawa Barat 2000
2. Dosen Teladan IKIP 1986
Pekerjaan dan Organisasi :
1. Guru Besar di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
2. Membina Persina Jabar, PBSI, Persib Bandung
3. Ketua Litbang KONI Jawa Barat
4. Ketua II bidang pembinaan KONI Jawa Barat
5. Sekretaris PBSI Jawa Barat
6. Presiden Himpunan Mahasiswa Asia untuk Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Sekretaris Direktorat Jendral Olahraga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.



Pengembangan Pariwisata Masih Terkendala Jalan

31-05-2011 00:00
Harian Umum Tabengan,  
PALANGKA RAYA
Potensi pariswisata di Kalteng dinilai tidak kalah dengan daerah lain. Hanya saja, jaraknya masih sulit dijangkau karena minimnya fasilitas infrastruktur dan transportasi. Ini yang menyebabkan pariwisata lambat berkembang.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng Rudiansyah Iden, Senin (30/5), mengatakan, untuk mengembangkan pariwisata perlu ada sinergitas program dengan dinas lain, seperti Dinas Perkerjaan Umum.
Misalnya, untuk peningkatan jalan yang selama ini banyak alami kerusakan, sehingga wisatawan menjadi enggan mendatangi lokasi wisata. Disbudpar, kata Rudiansyah, juga aktif melakukan rapat koordinasi setiap dua tahun sekali untuk menentukan wilayah tujuan wisata di wilayah E, yakni Kalimantan.
Rapat koordinasi itu bertujuan menentukan objek wisata unggulan di masing-masing provinsi, kemudian dikirim ke Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata untuk dijadikan tujuan pariwisata Nasional. Selain pariwisata alam, aset budaya yang ada juga dapat menarik wisatawan. Karena itu, diharapkan agar aset budaya dijaga dengan baik.
Benda-benda peninggalan yang menjadi ikon sejarah atau budaya Kalteng jangan sampai keluar dari Kalteng. Hal ini dirasa penting sebagai bentuk penghargaan masyarakat terhadap leluhur dan budaya Kalteng.
Pemprov Kalteng juga akan rutin menggelar Festival Budaya Isen Mulang 2010 (FBIM) dan dijadikan sebagai kegiatan tahunan dalam rangka mempromosikan dan mempertahankan kebudayaan dan olahraga tradisional yang merupakan aset kebudayaan Kalteng.
Di sisi lain, pemerintah dari empat provinsi di Kalimantan juga telah berkomitmen untuk mempertahankan budaya yang ada agar tetap eksis dan terus maju melalui Festival Borneo.  dkw