Selasa, 05 April 2011

Tingkatkan Kewaspadaan Hindari Rawan Pangan

Harian Umum Tabengan,  
PALANGKA RAYA,
Untuk menghindari terjadinya kerawanan pangan terutama di daerah pelosok yang jauh dari pengawasan pemerintah, semua pihak diminta meningkatkan kewaspadaan dan selalu menjalin koordinasi.
Kepala Badan Ketahan Pangan Kalteng Soetrisno ketika ditemui Tabengan di ruang kerjanya, Senin (21/3), menuturkan, kewaspadaan itu diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam menerima informasi di lapangan.
Pasalnya, meski hasil analisa menyebutkan enam bulan ke depan ketersediaan pangan dalam keadaan aman, tetapi kalau persediaan yang ada diduga dijual oleh masyarakat, dikhawatirkan bisa memicu terjadinya kerawanan pangan.
Selain meningkatkan kewaspadaan dan koordinasi, untuk menghindari terjadinya kerawanan pangan diperlukan upaya memberdayakan produksi lokal. Pemerintah daerah setempat diharapkan dapat mendorong masyarakat agar berpoduksi sesuai dengan potensi di daerah tersebut.
Karena, saat terjadi kerawanan pangan pada sebuah daerah akan terjadi pula atau mengancam terjadinya kerawanan pangan pada daerah sekitar. Untuk itu, Dewan Ketahan Pangan wajib untuk mendorong dan memfasilitasi pelaksanaan koordinasi agar dapat segera diambil tindakan antispatif oleh pemerintah daerah setempat.
Lebih lanjut Soetrisno mengatakan, untuk melihat ketersediaan pangan yang ada, selama ini pihaknya melakukan analisis ketersediaan pangan bulanan. Namun berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, stok di Badan Urusan Logistik (Bulog), sampai enam bulan ke depan ketersediaan pangan secara global masih dalam keadaan aman.dkw

Prioritaskan Energi Baru dan Terbarukan

23-03-2011 00:00 
 
Harian Umum Tabengan,  
PALANGKA RAYA
Rasio elektrisitas atau pemenuhan kebutuhan listrik di Kalteng dinilai paling renah di Indonesia. Rasio elektrisitas listrik di Kalteng baru mencapai 47,4 persen dan masih sangat rendah dibandingkan dengan Kalsel, mencapai 70 persen.  Untuk itu, Dinas Pertambangan dan Energi Kalteng akan bekerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan memprioritaskan penggunaan energi baru dan terbarukan.
Kepala Bidang Listrik dan Pemanfaatan Energi Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kalteng Tomas Sembiring di Palangka Raya, baru-baru  ini, mengatakan, pihaknya saat ini fokus pada memanfaatkan potensi energi baru dan  terbarukan.
Energi baru dan terbarukan adalah energi yang pada umumnya sumberdaya nonfosil dan jika diperbarui atau dikelola dengan baik, maka sumberdayanya tidak akan habis. Sumber energi yang termasuk dalam energi baru dan terbarukan antara lain energi panas bumi, energi air, energi surya, energi angin, energi biomassa/biogas, dan energi samudra. “Ini yang akan kita galakkan selama 2011-2015 mendatang,” katanya.
Melalui APBD Kalteng, pada 2011 dianggarkan pengadaan 300 unit pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk Kabupaten Barito Selatan dan Gunung Mas, masing-masing satu desa yang masuk Program Mamangun Tuntang Mahaga Lewe (PM2L/membangun dan menjaga desa).
Sementara menyangkut pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB) dengan kapasitas 5-10 KW diharapkan dapat teralisasi. Daerah ini sangat menjanjikan untuk dibangun PLTB karena ada tujuh kabupaten yang memiliki pantai. Tujuh kabupaten itu, Sukamara, Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Seruyan, Katingan, Pulang Pisau, dan Kapuas.
Untuk pembangunan PLTB ini diangarkan sebesar Rp1 miliar dan sebagai percontohan akan dibangun di daerah Sukamara. Sebab, kecepatan anginnya mencapai tiga sampai lima meter perdetik.
Tomas menambahkan, untuk daerah perbukitan dengan dataran tinggi seperti Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Lamandau akan dikembangkan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH), pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air.
“Kami mengharapkan Pemkab dan Pemko mendukung rencana tersebut agar rasio elektrisitas yang ditargetkan bisa tercapai. Sebab, saat ini masih ada sekitar 70 ribu rumah tangga yang harus dialiri listrik pada 2011 ini,” katanya.dkw




Instansi Fokus Tangani Inflasi

12-03-2011 00:00 
Harian Umum Tabengan,  
PALANGKA RAYA
Pemerintah daerah melalui instansi terkait hendaknya melakukan langkah-langkah nyata, dalam menekan tingkat inflasi daerah yang semakin tinggi.
Tingginya tingkat inflasi Kalteng  diharapkan agar Dinas dan Instasi terkait lebih fokus menangani masalah inflasi tersebut.
Ketua  Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kalteng Tugiyo Wiratmojo mengatakan, tingkat inflasi di Kalteng sekitar 9,51 persen dan pertumbuhan ekonomi sekitar 6,47 persen.  Tingginya inflasi tersebut dipicu tingginya harga barang-barang disektor konsumsi dan terutama sembilam bahan pokok (Sembako).
Menurut Tugiyo, ini terjadi karena kebutuhan yang harusnya ada di daerah ini seperti  beras, meski daerah ini merupakan lumbung padi, namun justru beras merupakan pemicu inflasi tinggi, karena beras yang ada berasal dari provinsi tetangga.
Ini terjadi karena saat petani mau panen maka para pengijon atau pengumpul dari daerah provinsi tetangga tersebut datang untuk membeli gabah para petani kemudian gabah tersebut dibawa untuk diolah, setelah itu beras  kembali dijual ke Kalteng dengan harga lumayan tinggi.
Dengan kejadian seperti ini tambah Tugiyo lagi, pemerintah daerah terutama instansi terkait dapat fokus mengelola persoalan ini dengan sebaik-baiknya. Sehingga kedepan tidak akan lagi pengijon-pengijon  baru.
‘’Ini baru pengijon padi, nanti timbul pengijon karet, pengijon sawit sehingga akhirnya masyarakat tidak bisa berkembang” kata Tugiyo lagi.
Selain itu yang perlu dilakukan menurut Tugiyo adalah mengantisipasi agar petani jangan menjual hasil pertaniannya kepada pengijon, namun juga mendorong dan memberdayakan badan usaha milik daerah (BUMD) atau perusahaan daerah untuk mengelola hasil pertanian tersebut.
Langkah lainnya dengan memberikan jaminan kepastian kepada petani tersebut agar gabah dan hasil pertanian dan perkebuanan tersebut dapat dibeli dengan harga yang layak.
Menurut Tugiyo menuturkan kehadiran pengijon semata-mata hukum ekonomi, karena hasil pertanian dan perkebunan ini cukup banyak terdapat di Kalteng dan masih belum terlalu dikelola dengan maksimal.
Namun hal tersebut tidak akan terjadi apabila pemerintah daerah sedini mungkin memberdayakan dan memberikan kepastian kepada para petani bahwa hasil pertaniannya dibayar dengan harga yang layak. dkw
 

Ketika Wakil Ketua MPR RI Disambut Secara Adat

2011-03-07
Harian Umum Tabengan,  
Kedatangan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Ahmad Farhan Hamid dan rombongan untuk menghadiri Cerdas Cermat SMA/MA/SMK Tingkat Provinsi Kalteng di Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya disambut tradisi adat Dayak.
Farhan dan rombongan tiba di bandara terbesar di Kalteng itu pada, Minggu (6/3), dan disambut Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang, Pelaksana Tugas (Plt)  Sekda Siun Jarias, Kepala Dinas Pendidikan Kalteng Guntur Telajan, dan Kapolda Brigjen Pol Damianus Jecki.
Prosesi adat itu diawali dengan mengalungkan manik-manik hasil kerajinan Kalteng, setelah Farhan menuruni tangga pesawat yang membawanya dari Bandara Soekarno-Hatta. Sampai di halaman ruang tunggu VIP Bandara Tjilik Riwut, Farhan disambut tokoh adat dan didoakan agar selama berkunjung di Palangka Raya memperoleh keselamatan dan kesehatan.
Farhan juga diminta untuk menginjak telur ayam kampung yang di taruh di atas batu hingga pecah. Meski sedikit ragu, namun rangkaian adat itu sukses dilakoninya. Setelah itu, ternyata Farhan masih belum bisa langsung masuk ke ruang VIP bandara, karena penari dengan gerakan lemah gemulai membawakan tarian selamat datang, sudah menghadangnya.
Farhan pun terlihat sumringah meski ternyata masih harus memotong kayu pantan yang dibalut dengan batik benang bintik, kain khas kalteng. Sebelum menggulung batik agar bisa memotong pantan, seorang tokoh adat melontarkan sejumlah pertanyaan yang wajib dijawab Farhan.  Pertanyaan itu seputar identitas Farhan, tujuan datang ke daerah ini, dan berapa jumlah rombongan yang menyertainya. Setelah menjawab seluruh pertanyaan, Farhan  baru bisa memotong pantan menggunakan sebilah mandau.
Dengan beberapa kali ayunan, pantan itupun  akhirnya putus. Farhan baru bisa masuk dan diberikan tapung tawar sebagai simbol diterimanya tamu dan rombongan. Setelah prosesi penyambutan secara adat itu selesai, Farhan dan rombongan melanjutkan perjalanan untuk menghadiri cerdas cermat di Gedung Pertemuan Umum Tambun Bunga.
Kepada Tabengan Guntur Telajan menuturkan, lomba cerdas cermat SMA/MA/SMK Tingkat Provinsi Kalteng yang dihadiri Wakil Ketua MPR RI itu tentang empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu UUD 1945, NKRI, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika.
Penyambutan secara adat ini juga bentuk dari inplementasi Bhineka Tunggal Ika, mengingat hal tersebut merupakan adat, tradisi, dan kesenian daerah yang perlu dilestarikan. Selain itu, menunjukkan para pihak yang datang sudah direstui secara adat, sehingga diharapkan berjalan dengan lancar tanpa rintangan.
Menurutnya, kegiatan itu merupakan adat, tradisi, dan kesenian masyarakat Kalteng yang perlu dilestarikan dan dikembangkan melalui pelajar dan sekolah.
“Bahkan acara potong pantan tersebut, ke depan akan diajarkan guru muatan lokal kepada para pelajar agar mereka mengetahui dan melestarikannya. Kurikulum seperti itu sudah dilakukan meski masih belum merata di semua daerah melalui muatan lokal, ekstrakurikuler, dan kegiatan sanggar di sekolah,” kata Guntur.debi kriswanto

Mengkaryakan Para Penyandang Cacat

16-02-2011 00:00
Harian Umum Tabengan,   Di Kalteng, terdapat sekitar 10 ribu lebih warga penyandang cacat. Guna mengkaryakan mereka, Dinas Sosial Provinsi melakukan berbagai cara. Sayangnya, upaya-upaya bantuan dan pembinaan itu terkendala minimnya dana.

Musibah itu terjadi beberapa tahun lalu. Efecus, seorang remaja warga Kota Palangka Raya tak menyangka, acara mancingnya akan membawa petaka. Sebuah batu besar jatuh tak jauh dari lokasinya memancing. Salah satu kakinya telak tertimpa.
Dari lokasi kejadian, pria itupun dievakuasi ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan. Meski nyawanya masih bisa diselamatkan, namun salah satu kakinya harus direlakan. Amputasi, menjadi satu-satunya pilihan.
Sejak peristiwa nahas itu, keberadaan tongkat penyanggah badan menjadi benda yang selalu setia menemani kemanapun Efecus pergi.
Setelah berjuang dengan keputusasaan, nasib baik akhirnya menghampiri Efectus. Dinas Sosial Provinsi Kalteng mengirimnya untuk mengikuti pelatihan bagi penyandang cacat di Cibinong, beberapa waktu lalu. Mental dan skill-nya pun diasah selama mengikuti pelatihan itu. Terutama, menyangkut pengetahuan tentang teknologi komputer.
Efecus akhirnya mampu menyelesaikan program itu dan pulang ke Palangka Raya dengan keterampilan khusus, desain grafis. Kini, ia telah bekerja di salah satu perusahaan media massa di Kota Cantik.
Kepada Tabengan, Efecus mengaku menemukan kembali rasa percaya dirinya yang sempat hilang, karena kecacatan fisik setelah mengikuti pelatihan di Cibinong dulu. Diterangkannya, selama sembilan bulan di sana, selain melatih kemampuan pada bidang-bidang tertentu, mereka juga diberikan pelatihan Achievement Motivation Training (AMT). Program itu merupakan cara untuk memotivasi para penyandang cacat untuk mengembalikan rasa kepercayaan diri.
Bahkan Efecus menilai, pelatihan keterampilan sejatinya menjadi nomor dua di sana. Sedangkan yang utama adalah mengembalikan rasa kepercayaan dirinya. Alhasil, setelah pelatihan, rasa kepercayaan dirinya menjadi lebih kuat, meski kadang juga tetap merasa minder saat terjun ke dunia kerja.
Setelah Efecus, Kamis (10/2) lalu, pihak Dinas Sosial Provinsi Kalteng, kembali memberangkatkan empat orang penyandang cacat ke Cibinong untuk mengikuti program pelatihan yang sama.
Mereka yang dikirim berasal dari Kabupaten Kotim dan Kapuas. Keempatnya direncanakan untuk mengikuti pelatihan komputer dan otomotif selama sembilan bulan, ditambah dua bulan magang.
Untuk mengikuti pelatihan tersebut, empat orang penyandang cacat itu harus melalui beberapa tahapan seleksi. Di antaranya, seleksi minat, kemampuan, fisik, dan kesehatan.
Seleksi tersebut dilakukan dengan harapan agar pelatihan yang diberikan tidak sia-sia. Pasalnya, banyak penyandang cacat yang telah dilatih sungguh-sungguh, namun yang bersangkutan justru tidak punya keinginan untuk bangkit.
Kabid Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kalteng Master Sinaga, mengatakan, tujuan pemberangkatan ini untuk meningkatkan kemampuan para penyandang cacat, terutama yang masih produktif dan mempunyai keinginan bekerja.
Kepada Tabengan, Sinaga menjelaskan, berdasarkan data yang dimiliki Dinas Sosial, pada 2005-2006 terdapat sekitar 10 ribu penyandang cacat yang ada di Kalteng. Sedangkan data penyandang cacat pada 2011 masih menunggu hasil  pendataan dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Ia juga menuturkan, pihaknya mengalami kesulitan untuk menghimpun data penyandang cacat secara keseluruhan, mengingat sebelumnya pedataan tersebut dilakukan oleh masing-masing Kabupaten/Kota. Sementara, hingga ‘serah terima’ tugas, laporannya masih belum ada.
Pihak Dinas Sosial Provinsi, lanjut Sinaga, hingga kini masih mengacu data sekitar lima tahun yang lalu, sehingga kemungkinan peningkatan jumlah penyandang cacat kemungkinan ada. Apalagi BPS dalam melakukan pendataan langsung ke rumah-rumah.
Penyandang cacat yang ada terdiri atas beberapa golongan cacat. Yakni, cacat tubuh, tunanetra, tunarungu, dan berat karena menderita dua jenis kecacatan atau lebih.
Untuk menangulangi dan memberdayakan penyandang cacat di Kalteng, pihaknya menjalankan beberapa program yaitu pendeteksian dini, pemberian bantuan pengembangan ekonomi produktif, dan pemberian pembinaan dan pelatihan. Selain itu, Dinas Sosial juga memberikan bantuan jaminan hidup, khusnya bagi penyandang cacat eks kusta.
Namun, tambahnya, bantuan pengembangan ekonomi produktif dalam dua tahun terakhir ini tidak dapat diberikan. Hal ini kerena keterbatasan anggaran dana.
Meski demikian, pihaknya tetap ada memberikan bantuan bagi penyandang cacat yang dinilai masih bisa untuk berusaha dan mengembangkan usahanya di bidang-bidang tertentu.
Dengan dilakukannya hal tersebut, pihaknya berharap agar para penyandang cacat ini mampu berusaha dan meningkatkan perekonomian dan penghidupannya sendiri.
Sinaga menuturkan, pada 2011, untuk anggaran khusus bagi penyandang cacat memang cukup minim. Bahkan, dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) bisa dibilang tidak ada. Sementara, dari angaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kalteng sebesar Rp37 juta untuk 20 orang, sehingga masing-masing orang akan mendapatkan Rp1.850.000.
Dana ini kan diserahkan secara langsung kepada yang bersangkutan pada perayaan Hari Penyandang Cacat Nasional yang akan dilaksanakan setiap bulan Desember.
Sementara bantuan jaminan sosial bagi penyandang cacat berat hanya diberikan kepada 30 orang saja. Ke-30 orang tersebut berada di Kobar 14 orang, Barut enam orang, Sukamara lima orang, dan Seruyan lima orang.
Bantuan tersebut diberikan setiap bulan melalui Kantor Pos sebesar Rp300 ribu per bulan. Jumlah penerima bantuan penyandang cacat berat di Kalteng dinilai masih sedikit, sehingga pihaknya berkomunikasi dengan Pemerintah Pusat agar Kalteng mendapatkan kuota sekitar 300 orang, namun hal tersebut tidak tembus, mengingat kuota Nasional saja cukup minim yaitu sekitar 16.000 saja. debi kriswanto