Selasa, 07 Januari 2014

Perbaikan Jembatan Bajarum Telan Anggaran Rp7 Miliar

PALANGKA RAYAPerbaikan jembatan Sei Mentaya atau jembatan Bajarum yang rusak akibat tertabrak tongkang pengangkut biji besi pada Sabtu 21 Desember 2013 yang lalu memerlukan anggaran sekitar Rp7 miliar dan waktu perbaiknya diperkirakan lebih dari satu bulan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalteng Leonard S Ampung saat ditemui di ruanganya, Selasa (7/1) kepada sejumlah wartawan mengatakan, karena untuk perbaikan fender atau pagar pelindung pilar jembatannya saja diperlukan angaran sekitar Rp1,5 miliar.
Sementara untuk perbaikan pilar atau pier jembatannya diperlukan anggaran sekitar Rp5,5 miliar, “itu ada dalam nota kesepakatan, saya minta itu dicantumkan” ujar Leonard.
Sementara angaran tersebut dibebankan kepada pihak perusahaan yang menabraknya yaitu PT Feron Tambang Kalimantan. Dan tidak ada angaran dari APBN, mengingat jembatan tersebut ditabrak, bukan karena bencana, “sehingga sanggup tidak sanggup mereka harus bertanggung jawab” tegasnya.
Namun pihaknya sudah melakukan pembicaraan dengan pihak PT Feron dan mereka ingin bertanggungjawab untuk memperbaiki fender dan pilar atau pier yang tertabrak tersebut dan saat ini pihaknya sudah saiap melakukan perbaikan itu dengan tanda tangan diatas materai dan mereka juga akan membiayaai itu, lanjut Leonard.
Sementara kerusakan pada jembatan tersebut yaitu fender, pilar atau pier jembatan yang retak, elastomeric bearing atau perletakan jembatan, serta pergeseran-pergeseran pada rangka jembatan tersebut akan dikembalikan.
Sementara keretakan pada tiang panjang dengan pier dan keretakan pada pier tersebut sudah diisi dengan material luluh beton khusus untuk perekat yang retak dan sekarang sudah selesai selanjutnya akan diikat dan dibungkus dengan mahkota. Sementara saat ini sedang persiapan bekistingnya.
Setelah perbaikan tersebut selesai, baru selanjutnya mengembalikan rangka jembatan yang mengalami pergeseran tersebut agar kembali pada as nya dan elastomeric bearingnya diganti agar posisinya kembali seperti semula. Setelah itu selesai, baru dilakukan tes pembebanan yang maksimal.
Sehingga pengerjaan jembatan tersebut diperkirakan lebih dari 1 bulan yang merupakan kesanggupan dari pihak perusahaan, karena material untuk perbaikan jembatan itu ada yang harus didatangkan dari luar Kalteng dengan berat sekitar 80 ton, sehingga tidak bisa diangkut menggunakan pesawat, sementara kalau menggunakan kapal, saat ini sedang gelombang tinggi “nah ini yang menjadi kendala kita,” tegasnya.
Sementara dalam perjanjian yang dibuat, batas terakhir untuk perbaikan jembatan tersebut sampai akhir Februari 2014. Namun makin cepat pengerjaannya, maka akan lebih baik “kita berharap mempercepat itu, karena itu angka-angka untuk mereka dalam nota kesepakatan saja, namun berharap akhir Januari ini sudah rampung,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Dinas PU Kalteng juga akan minta jaminan atau garansi dari pihak perusahaan atas perbaikan jembatan tersebut dan tim dari Kementreian PU juga diharapkan turun lagi untuk mengecek kondisi jembatan tersebut, karena dikhawatirkan setelah perbaikan itu selesai, konstruksi jembatan akan mengalami masalah.
Setelah geransi itu diterima, ujar Leonard, baru jembatan itu dibuka, “sehingga kalau terjadi apa-apa, maka mereka yang bertanggung jawab, karena mereka telah memberikan garansi,” tegasnya.dkw

Fender Jembatan se Kalteng akan Dievaluasi

PALANGKA RAYA – Dengan cukup seringnya fender atau pagar pelindung pilar jembatan di daerah ini tertabrak oleh tongkang pengangkut hasil tambang, maka untuk meminimalisir kejadian yang lebih fatal, sehingga Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalteng akan mengevaluasi fender jembatan di daerah ini.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalteng Leonard S Ampung saat ditemui di ruanganya, Selasa (7/1) kepada sejumlah wartawan mengatakan, semua fender jembatan di Kalteng, terutama yang bentang panjang dan berada di jalan Nasional dan Provinsi mau dievaluasi.
Langkah ini hari dilakukan, terutama pada jembatan bentang panjang yang sering dilalui oleh tongkang pengangkut hasil tambang, sehingga kalau fender tersebut sampai tertabrak tongkang, maka tidak sampai mengenai pilar jembatannya. Untuk itu, maka fender tersebut harus benar-benar kokoh dan kuat.
Bahkan Leonard berharap agar konstruksi pembangunan fender, khusunya di jembatan Bajarum tersebut sama dengan konstruksi membangun pilarnya. Sehingga fender ini benar-benar kokoh dan aman, sehingga kalau tertabrak oleh tongkang maka tidak sampai kena pilar jembatan, ujarnya.
Sehingga untuk memastikan agar fender tersebut benar-benar kokoh dan aman, maka pihaknya juga akan meminta evaluasi dari pihak perencanaan bali Kementerian Pekerjaan Umum.
Disisi lain, ujar Leonard, seperti jembatan Bajarum tersebut dibangun pada 1990 an, sehingga sekarang usianya jembatan tersebut sudah mencapai sekitar 23 tahun. Sementara saat pembangunanya hanya untuk lalu-lintas biasa dan belum terpikirkan kalau jembatan tersebut akan dilalui tongkang pengangkut hasil tambang seperti saat ini.
Sehingga saat ini jembatan tersebut, khusunya fendernya memang harus dievaluasi, mengingat yang namanya pembangunan tersebut selalu dinamis, lanjutnya.
Karena kalau tidak dilakukan evaluasi dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti yang terjadi pada jembatan Bajarum saat ini, maka dampaknya sangat besar, baik terhadap transportasi yang tergangu, perekonomian, keamanan, dan berbagai aspek lainnya.
“Sehingga setiap infrastruktur yang ada ini memang harus dijaga oleh semua lapisan masyarakat,” tegasnya.
Sementara pelaksanaan evaluasi fender jembatan tersebut akan dilaksanakan setelah rampungnya perbaikan jembatan Bajarum atau jembatan Sei Mentaya yang terletak di Desa Bajatrum, Kecamatan Kota Besi, Kabupaten Kotawaringi Timur tersebut.
Namun pelaksanaan evaluasi tersebut akan dilakukan secara bertahap dan diprioritaskan untuk jembatan bentang panjang atau jembatan-jembatan yang berada pada jalan Provinsi atau Nasional yang sering dilalui oleh tongkang, atau jembatan yang masih golongan C atau masih agak sempit, ujarnya.dkw

Senin, 30 Desember 2013

Kalteng Akan Mampu Penuhi Listriknya Sendiri

PALANGKA RAYA – Pembangunan beberapa pembangkit listrik di daerah ini terus dan akan dilakukan. Sehingga, kalau pembangunan tersebut sudah rampung semua, maka Kalteng dinilai akan mampu memenuhi kebutuhan listriknya sendiri.
Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang pada acara exspos capaian kinerja makro pembangunan Provinsi Kalteng 2013, di aula Eka Hapakat, komplek kantor Gubernur Kalteng, baru-baru ini mengatakan, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di daerah Kabupaten Pulang Pisau terus berjalan dan diharapkan pada triwulan ke III 2014 pembangunanya sudah bisa selesai.
Selain di daerah Kabupaten Pulang Pisau, juga akan dibangun pembangkin listik dengan kapasitas sekitar 2x100 di daerah Kabupaten Katingan.
Sehingga kalau pembangun pembangkit listrik tersebut semuanya selesai, maka Kalteng dinilai akan mampu memenuhi kebutuhan listriknya sendiri “karena kita akan mempunyai suplai (listrik) yang luar biasa, karena di Pulang Pisau 2x60 MW, dan di Kasongan 2x100 MW,” ujarnya.
Untuk itu sekarang sedang dibangun transmisi dari Kapuas-Palangka Raya-Katingan-Kotawaringin Timur-Kotawaringi Barat. Namun dalam pembangunan transmisi tersebut tidak terlepas dari kendala, karena ada masyarakat yang tidak ingin melepaskan tanahnya, namun hal tersebut sudah bisa ditangani sehingga transmisi bisa dibangun dan tidak ada masalah, tuturnya.
Sebelumnya Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalteng Syahril Tarigan mengatakan, pembangunan pembangkit listrik di daerah ini terus dilakukan, karena diharapkan pada 2014 mendatang sudah ada yang bisa dioprasikan.  
Diungkapkanya, untuk pembangunan PLTU di daerah Kabupaten Pulang Pisau, progresnya sudah mencapai sekitar 55 persen, sehingga diharapkan pada sekitar Juli 2014 mendatang satu unit sudah bisa beroprasi.
Selain pembangunan PLTU di daerah Kabupaten Pulang Pisau, saat ini juga sedang dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di daerah Bangkanai, Kabupaten Barito Utara yang juga diharapkan pada 2014 mendatang sudah masuk ke sistim.
Sementara pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) saat ini juga sedang membangun jaringan tegangan tinggi dari Palangka Raya-Pangkalan Bun (Kotawaringin Barat), Barito Timur-Muara Teweh-Puruk Cahu-Kuala Kurun, ujarnya.
Sehingga, secara pembangkit, dengan selesainya PLTU di Kabupaten Pulang Pisau dan PLTG Barito Utara, maka kalau dilihat dari daya listrik yang dibutuhkan saat ini, dinilai sudah mencukupi.
Selain itu, ujar Syahril, Pemerintah juga membangun PLTU di daerah Samit dengan kapasitas 2x25 MW, serta akan dibangun PLTU di daerah Kabupaten Katingan dengan kapasitas 2x100 Mw “sekarang masih dalam proses lelang,” ujarnya.
Sehingga, kalau semua pembangunan pembangkil listrik tersebut sudah selesai, maka semua kebutuhan kelistrikan di Kalteng ini sudah terpenuhi semuannya untuk beberapa tahun kedepan.
“Hanya saja yang menjadi persoalannya adalah distribusinya, karena kalau dari transmisi, untuk saluran udara tegangan tinggi (SUTT) nya sedang dibangun. Namun jaringan tegangan menengah untuk menjangkau seluruh kabupaten, kecamatan, dan ke desa-desa masih perlu kerja keras, ungkapnya.dkw

Nilai Tukar Petani Kalteng Rendah


PALANGKA RAYA – Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang pada acara exspos capaian kinerja makro pembangunan Provinsi Kalteng 2013, di aula Eka Hapakat, komplek kantor Gubernur Kalteng, Senin (30/12) mengatakan, nilai tukar petani di Kalteng masih rendah, masih dibawah Nasional.
Karena pada 2005-2010, nilai tukar petani Kalteng sebesar 97,00 persen, sementara Nasional sebesar 102,17 persen. Pada 2010-2012 nilai tukar petani di Kalteng sebesar 101,08 persen, sementara Nasional sebesr 103,87 persen.
Sedangkan pada 2013, yaitu sampai posisi dengan November 2013, nilai tukar petani di Kalteng sebesar 97,94 persen, sementara Nasional sebesar 105,28 persen. “Kalau kita melihat angka-angka ini, maka nilai tukar petani kita masih rendah, masih dibawah Nasional,” ungkapnya.
Hal ini terjadi antaralain karena para generasi muda sangat sedikit yang ingin bertani dan lebih banyak ingin menjadi PNS, Pejabat, dan berbagai profesi lainnya, akibatnya nilai tukar petani rendah.
“Namun kita masih bersyukur bahwa garis kemiskinan di desa itu naik, namun pendapatan mereka juga naik. Berbeda dengan yang di kota, garis kemiskinanya naik namun pendapatannya menurun, sehingga penduduk miskinya bertambah, namun kalau di desa malah berkurang,” ujarnya.
Untuk itu ia mengajak masyarakat Kalteng untuk kembali ke desa dan mau untuk bertani, sehingga minimal dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak harus tergantung dengan orang lain.
Namun untuk mewujudkan itu memang tidak mudah, mengingat sekarang masyarakat cendrung konsumtif dan sedikit yang ingin menjadi petani, karena kebanyakan ingin menjadi PNS dan berbagai profesi lainnya meski peluangnya sangat kecil, ujar Teras.
Sementara Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Panusunan Siregar mengatakan hal yang serupa, sementara nilai tukar petani ini merupakan indikator yang menunjukan tingkat kesejahteraan petani “sehingga ini harus kita dongkrak untuk naik,” ujarnya.
Karena kalau angka nilai tukar petani tersebut masih di bawah 100 persen, maka ini menunjukan bahawa lebih besar pengeluarannya dari pada hasil pertaniannya. Untuk itu, maka petani yang ada harus lebih diberdayakan lagi agar produktivitas pertaniannya dapat meningkat.dkw

Produksi dan Produktivitas Padi di Kalteng Terus Meningkat

PALANGKA RAYA – Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang pada acara exspos capaian kinerja makro pembangunan Provinsi Kalteng 2013, di aula Eka Hapakat, komplek kantor Gubernur Kalteng, Senin (30/12) mengatakan, produksi dan produktivitas padi di Kalteng secara konsisten terus meningkat.
Karena produksi padi pada 2005-2010 sebesar 549,724 ton sementara Nasional sebesar 0,92 persen, pada 2010-2012 mengalai kenaikan yang cukup sikipikan yaitu 672,053 ton sementara Nasional 1,00 persen, dan pada 2013 juga mengalai kenaikan yaitu sampai posisi aram II 2013 yaitu sebesar 793,576 sementara nasional sebesar 1,12 persen.
“Meskipun kecil sumbangan kita kepada Nasional, namun terlihat kenaikan yang konsisten,” tegasnya.
Sementara produktivitas padi juga terus menunjukan penginkatan meski masih dibawah Nasional yaitu pada 2005-2010 sebesar 25,25 kuintal per Ha sementara Nasional sebesar 48,53 kuintal per Ha, sementara pada 2010-2012 mengalai kenaikan yaitu sebesar 28,26 kuintal per Ha namun Nasional sebesar 50,44 kuintal per Ha.
Sedangkan pada 2013 juga mengalai kenaikan yaitu sampai posisi aram II 2013 yaitu sebesar 31,78 kuintal per Ha, sedangkan Nasional sebesar 51,47 kuintal per Ha, ujarnya.
Sehingga setiap tahun secara konsisten menunjukan peningkatan menski memang masih dibawah Nasional. Sehingga ini akan terus ditingkatkan lagi yaitu dengan terus meningkatkan produktivitas padi, “karena pada 2015, target kita yaitu sebesar 1 juta ton,” tegasnya.
Sementara Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Panusunan Siregar mengatakan hal yang serupa, bahwa tingkat produktivitas padi di Kalteng masih dibawah Nasional dan hal ini terjadi antaralain karena kondisi lahan yaitu lahan gambut.
Kendetai demikian, dengan berbagai kegiatan dan program yang telah dilakukan, maka dari waktu-kewaktu julah produktivitas padi di daerah ini terus menunjukan peningkatan, ujarny.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalteng Tute Lelo mengatakan, untuk meningkatkan produksi berbagai komoditi tanaman pangan di daerah ini , khusunya padi, maka Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalteng saat ini lebih fokus pada upaya peningkatan produktivitasnya.
Dan hal ini dapat terlihat bahwa produksi padi di Provinsi Kalteng pada 2011 hanya sebanyak 610.236 ton, namun pada 2012 naik menjadi sebesar 755.507 ton, dan pada 2013 ini, untuk  Aram I saja sudah mencapai 78.405 ton, ujarnya.
Karena, saat ini pihaknya lebih fokus terhadap peningkatan produktivitas, mengingat untuk luas lahan pertanian yang dibuka sudah cukup luas yaitu sekitar 250.000 hektare “jadi kita genjot produktivitasnya, meningkat satu dijit aja (peningkatan produktifitasnya) dari luasan itu maka sudah lomayan besar,” ujarnya.dkw