PALANGKA RAYA – Kepala Dinas
Perkebunan Provinsi Kalteng Rawing Rambang, dalam sambutannya pada temu usaha
pabrik dan petani bokar se Kalteng, di hotel Hawai, baru-baru ini mengatakan,
perhatian terhadap sektor pertanian saat ini dinilai alami penurunan bila
dibandingkan pada tahun 1980 an yang lalu.
Sehingga ini diharapkan dapat menjadi
perhatian pemerintah kedepan. Karena, dia menilai, bahwa negara-negara yang
maju saat ini, selalu dimulai atau diawali dari pengemabgan industri pertaniannya,
tutur Rawing.
Untuk itu, dengan keterbatasan yang ada saat
ini, dia mengajak semua pihak dan instansi yang terkait agar dapat mengambil
peran dan melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing, dalam upaya memajukan
sektor pertanian dalam arti luas di daerah ini.
Diungkapkan Rawing, untuk pembangunan sektor
perkebunan, khusunya perkebunan karet di daerah ini luasannya mencapai 445.134,10
Ha dengan produksi sekitar 700-800 kg per Ha per tahun. Angka peroduksi
tersebut dinilai terus alami peningkatan bila dibandingkap pada waktu-waktu
sebelumnya.
Namun produksi karet tersebut dinilai masih
rendah bila dibandikan Kalimantan Selatan, apalgi dengan Sumatera. “Padal
sejarahnya, kebun karet di Kalteng ini juga sudah cukup lama, namun Kalimantan
Selatan lebih duluan memiliki pabrik karet, sehingga jangan heran perkebunan
karet di sana lebih maju,” ungkapnya.
Diungkapkan Rawing, peningkatan produksi dan
produktivitas karet tersebut sangat tergantung dengan perilaku petani dalam
memelihara kebun karetnya. Baik pemupukan, kebersihan kebun, jarak tanam, dan
yang lainnya.
Sementara kebun karet yang ada di daerah ini,
khusunya yang ada di daerah pedalaman seperti hutan karet, jarak tanamnya tidak
teratur, kebunya tidak dibersihkan, jarang bahkan tidak peranah di pupuk.
Namun seiring dengan semakin meningkatnya
kesadaran dan pemahaman petani saat ini, sehingga mereka menanam tanaman karet
mereka dengan teratur, dibersihkan, dan dipupuk.
Mengingat dalam memajukan perkebunan rakyat
saat ini, Dinas Perkebunan Provinsi Kalteng tidak hanya memberikan bibit karet
saja, namun juga memberikan pupuk, obat-obatan, dan yang lainnya. Bahkan Dinas
Perkebunan juga melakukan pendampingan terhadap petani karet di beberapa daerah
di Kalteng ini.
Hal
ini dinilai penting, mengingat yang namanya petani ini dinilai masih cukup
identik dengan terbatasnya pengetahuan, modal, maupun aksesnya kepasar. “Sehingga
ini menjadi tugas kita bersama untuk mengembangkannya,” tegasnya.
Ditambahkan Rawing, namun untuk beberapa
daerah yang sudah dilakukan pendampingan dan petani langsung menjual karetnya
ke pabrik, seperti Kabupaten Katingan dan Gunung Mas, harga karetnya sudah
cukup tinggi, bahkan tidak terlalu jauh dengan harag pasar internasional,
ungkapnya.
Untuk itu, petani karet di daerah ini
diharapkan dapat menjual karetnya langsung ke pabrik atau tidak melalui
pengumpul. Sehingga bagi petani karet yang jauh dari pabrik, maka disaran agar mereka
membentuk sebuah kelembagaan petani yang bisa menjual karet tersebut langsung
ke pabrik, ujar Rawing.
Selain itu, agar petani karet juga dapat
menjaga kebersihan atau kualitas karet tersebut. “Karena pabrik membeli karet
tersebut tidak berdasarkan beratnya, namun berdasarkan kualitas dan kebersihan
karet tersebut. Jadi yang dilihat itu lateknya, maka karet tersebut jangan
diisi dengan benda-benda lainnya,” ungkapnya.dkw