PALANGKA RAYA – Gubernur
Kalteng Agustin Teras Narang, dalam sambutannya pada pembukaan seminar menuju
Kalteng Besuh berbasis komoditas unggulan Provinsi Kalteng, di Swiss-belhotel
Danum, baru-baru ini mengaku sedih, bahwa produksi padi di daerah ini lari ke
provini lain.
Setiap tahun produksi padi di daerah ini selalu surplus,
namun hasilnya dibawa ke provinsi lain, selanjutnya di produksi, di kemas dan
menggunakan nama produk dari daerah tersebut, kemudian kembali di jual ke
Kalteng dengan harga yang lebih mahal, ujarnya.
Peroalan
ini dinilai sudah berlangsung cukup lama, namun sampai saat ini dinilai belum
mampu di tanggulangi. Sehingga dengan seminar menuju Kalteng Besuh berbasis komoditas
unggulan Provinsi Kalteng tersebut diharapkan dapat
menunjukan produk unggulan, sehingga dapat menjadi sebagai pedoman dalam
melaksnakan kebijakan.
Untuk itu dia
berharap agar seminar menuju Kalteng Besuh berbasis komoditas unggulan Provinsi
Kalteng ini menjadi pedoman, kompas, dan tintik terang untuk menuju terang yang
lebih baik lagi.
Sehingga dia meminta agar BAPPEDA dan Dewan
Riset Daerah untuk matangkan konsep itu agar menuju Kalteng besuh atau Kalteng kenyang, ujarnya.
Lanjut Teras, Indonesia adalah
negara agraris, negara maritim, dan Indonesia pernah swasembada pangan dan
diakui oleh negara lain. Namun karena pengelolaanya dinilai tidak maksimal dan
masih berpikir sektoral, sehingga alami kemunduran.
Sementara yang menjadi tantanganya di
Kalteng antaralain masih belum rampunya Rencana Tata Ruang Wilayah Provini
(RTRWP). Dengan berbagai kendala yang ada, sehingga beberapa daerah lumbung
padi di daerah ini memang masih surplus, namun jumlahnya alami penurunan dari
sebelumnya.
Selain
itu, dengan masih belum rampungnya RTRWP di daerah ini, maka banyak lahan itu
yang diberikan untuk perkebunan dan pertambangan. Disisi lain keberadaan lahan
pertanian sangat diperlukan.
Sehingga
dia tidak ingin melihat lahan pertanian di daerah ini berkurang, “kalau itu
samapai terjadi, maka saya akan menghentikan izin perkebunan besar. Karena itu
(pemberian lahan untuk perkebunan dan pertambangan secara besar-besaran) akan
mematikan dan tidak akan terjadi daulat pangan dan mandiri pangan,” tegasnya.
Sebelumnya
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provini Kalteng Tute Lelo mengatakan, beberapa tahun
terakhir produksi padi di daerah ini selalu surplus, namun diduga banyak yang
lari ke provini tetangga dan berasnya kembali jual ke Kalteng. Untuk itu dia
berharap dukungan dari Pemerintah Daerah kabupaten/kota dan Perusahaan Daerah
(Prusda).
“Mohon dukungan dari kabupaten/kota
untuk menyikapai ini dan saya berharap Prusdanya jalan untuk menampung padi
dari petani-petani itu, kemudian digiling dan diproduksi di kabupaten/kota itu
sendiri,” ujarnya.
Pihaknya juga sudah meminta Bulog
untuk menampung beras-beras petani yang ada di Kalteng ini dan saat ini sudah
banyak yang ditampung. Namun karena surplus sekitar 169.000 ton lebih, sehingga
belum semuanya bisa tertampung semua. “Sehingga ini yang kita minta dukungan
dari kabupaten/kota, terutama dari Perusahaan Daerahnya untuk menyikapi ini”
ujarnya.dkw