PALANGKA RAYA – Kepala Dinas Kehutanan
Provinsi Kalteng Sipet Hermanto dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Kepala
Bidang Perlindungan Hutan Sri Suwanto, pada Pelatian/Bimbingan Teknis Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan, di Mess Rimbawan, Selasa (4/3), mengatakan, kebakaran
hutan, lahan, dan perkarangan terjadi hampir setiap waktu musim kemarau.
Akibatnya, bisa menimbulkan bencana kabut
asap yang bisa berdampak pada berbagai sektor, baik lingkungan, kesehatan,
perekonomian, transportasi, dan beberapa hal lainnya.
Merlihat besarnya dampak yang diakibatkan
oleh terjadinya kebakaran hutan, lahan, dan perkarangan serta bencana kabut
asap tersebut, maka dia meminta para peserta pelatian/bimbingan teknis
pengendalian kebakaran hutan dan lahan tersebut, untuk dapat mengikutinya
dengan sungguh-sungguh.
Karena, dalam waktu tidak terlalu lama lagi,
diprediksi akan memasuki musim kemarau. Bahkan beberapa daerah, seperti Riau
dan Kalbar sudah terjadi kebakaran lahan dan kabut asap.
“Namun Kalteng tidak akan terjadi kebakaran
hutan dan kabut asap, apabila kita sudah siap dan sigap dari awal,” tegasnya.
Dan saat ini, berbagai upaya untuk
penanggulngan kebakaran hutan, lahan, dan perkarangan tersebut terus dilakukan,
antaralain melakukan koordinasi dengan para instansi yang terkait.
Sementara dukungan angaran untuk
penanggulangan kebakaran hutan, lahan, dan perkarangan dilingkungan Kehutanan
di Provinsi Kalteng pada 2014 yaitu sebesar Rp5,54 miliar dari APBN yang
disalurkan melalui BKSDA, Rp450 juta dari dana Dekon, dan Rp700 juta dari APBD.
Namun untuk menanggulangi kebakaran hutan,
lahan, dan perkarangan ini tidak hanya menjadi tugas lingkup kebutanan saja,
namun juga dari berbagai instansi terkait lainya, antaralain dari Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). “Ketika terjadi kebakaran, kita sama-sama
untuk mengatasinnya dan memadamkanya, tanpa kita harus saling menyalahkan,”
ungkapnya.
Penanggulangan kebakaran hutan merupakan salah
satu yang prioritas dan salah satu yang perlu dilakukan adalah merubah pola
pikir masyarakat. Karena, mereka sebagai ujung tombak di lapangan, sehingga kesadaran
dan kepeduliannya sangat diharapkan.
Sementara pemerintah bertindak sebagai fasilitator
dan penyedia sumber daya, memberikan pelatihan, agar pengelolaan hutan tersebut
berbasis masyarakat. Intuk itu ia berharap agar tim atau masyarakat ini menyadari
kerugian akibat kebakaran hutan dan kabut asap.
Sementara panitia Bajarmas dalam laporannya
mengatakan, maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan wawan,
pengetahuan, pembidaan, dan bimbingan tentang pengendalian kebakaran hutan,
lahan, dan perkarangan.
Karena dalam kegiatan tersebut juga dilakukan
peraktek lapangan pemadaman kebakaran di daerah Daop Manggala Agni di RTA
Milono dan prektek pembukaan lahan tanpa bakar di lahan masyarajat di Kelurahan
Kelapangan.
Sehingga setelah pelatihan, para peserta
diharapkan dapat menjadi pelopor atau ujung tombak dilapangan. Sehingga
kebakaran lahan di daerah tersebut dapat diminimalisir.
Sementara pelatian/bimbingan
teknis pengendalian kebakaran hutan dan lahan tersebut dilaksanakan dari 4-7
Maret 2014 dan diikuti sekitar 40 orang peserta dari beberapa tim serbu api kelurahan
(TSAK) di Palangka Raya, ujarnya.dkw