Selasa, 04 Maret 2014

Dishut Gelar Bimtek Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan

PALANGKA RAYA – Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalteng Sipet Hermanto dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Kepala Bidang Perlindungan Hutan Sri Suwanto, pada Pelatian/Bimbingan Teknis Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, di Mess Rimbawan, Selasa (4/3), mengatakan, kebakaran hutan, lahan, dan perkarangan terjadi hampir setiap waktu musim kemarau.
Akibatnya, bisa menimbulkan bencana kabut asap yang bisa berdampak pada berbagai sektor, baik lingkungan, kesehatan, perekonomian, transportasi, dan beberapa hal lainnya. 
Merlihat besarnya dampak yang diakibatkan oleh terjadinya kebakaran hutan, lahan, dan perkarangan serta bencana kabut asap tersebut, maka dia meminta para peserta pelatian/bimbingan teknis pengendalian kebakaran hutan dan lahan tersebut, untuk dapat mengikutinya dengan sungguh-sungguh.
Karena, dalam waktu tidak terlalu lama lagi, diprediksi akan memasuki musim kemarau. Bahkan beberapa daerah, seperti Riau dan Kalbar sudah terjadi kebakaran lahan dan kabut asap.
“Namun Kalteng tidak akan terjadi kebakaran hutan dan kabut asap, apabila kita sudah siap dan sigap dari awal,” tegasnya.
Dan saat ini, berbagai upaya untuk penanggulngan kebakaran hutan, lahan, dan perkarangan tersebut terus dilakukan, antaralain melakukan koordinasi dengan para instansi yang terkait.
Sementara dukungan angaran untuk penanggulangan kebakaran hutan, lahan, dan perkarangan dilingkungan Kehutanan di Provinsi Kalteng pada 2014 yaitu sebesar Rp5,54 miliar dari APBN yang disalurkan melalui BKSDA, Rp450 juta dari dana Dekon, dan Rp700 juta dari APBD.
Namun untuk menanggulangi kebakaran hutan, lahan, dan perkarangan ini tidak hanya menjadi tugas lingkup kebutanan saja, namun juga dari berbagai instansi terkait lainya, antaralain dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). “Ketika terjadi kebakaran, kita sama-sama untuk mengatasinnya dan memadamkanya, tanpa kita harus saling menyalahkan,” ungkapnya.
Penanggulangan kebakaran hutan merupakan salah satu yang prioritas dan salah satu yang perlu dilakukan adalah merubah pola pikir masyarakat. Karena, mereka sebagai ujung tombak di lapangan, sehingga kesadaran dan kepeduliannya sangat diharapkan.   
Sementara pemerintah bertindak sebagai fasilitator dan penyedia sumber daya, memberikan pelatihan, agar pengelolaan hutan tersebut berbasis masyarakat. Intuk itu ia berharap agar tim atau masyarakat ini menyadari kerugian akibat kebakaran hutan dan kabut asap.
Sementara panitia Bajarmas dalam laporannya mengatakan, maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan wawan, pengetahuan, pembidaan, dan bimbingan tentang pengendalian kebakaran hutan, lahan, dan perkarangan.
Karena dalam kegiatan tersebut juga dilakukan peraktek lapangan pemadaman kebakaran di daerah Daop Manggala Agni di RTA Milono dan prektek pembukaan lahan tanpa bakar di lahan masyarajat di Kelurahan Kelapangan.
Sehingga setelah pelatihan, para peserta diharapkan dapat menjadi pelopor atau ujung tombak dilapangan. Sehingga kebakaran lahan di daerah tersebut dapat diminimalisir.
Sementara pelatian/bimbingan teknis pengendalian kebakaran hutan dan lahan tersebut dilaksanakan dari 4-7 Maret 2014 dan diikuti sekitar 40 orang peserta dari beberapa tim serbu api kelurahan (TSAK) di Palangka Raya, ujarnya.dkw