Selasa, 10 September 2013

Petani Kalteng Butuh Pasar yang Memadai

Tidak stabilnya ketersediaan beberapa komoditi pertanian di Kalteng, selain terkendala dengan iklim yang tidak bisa diprediksi, juga disebabkan tidak tersedianya pasar memadai untuk menampung hasil panen petani.
PALANGKA RAYA – Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Kalteng Tute Lelo, mengatakan, pada prinsipnya kalau pasar dari komoditi tersebut bagus dan harganya tidak merugikan petani, maka petani pasti mau mengembangkannya.
“Sekarang yang menjadi permasalahan adalah dari segi pasarnya yang mau menampung dan membeli hasil panen petani,” ujar Tute saat ditemui wartawan di ruang kerjannya, Rabu (4/9).
Menurut Tute, kondisi di Indonesia berbeda dengan negara luar, seperti Vietnam yang sarana dan prasarana produksi, menampung dan menjual hasil pertanian dilakukan oleh pemerintah. “Petani di luar negeri  mendapat kepastian untung 30 persen dan itu pasti, tidak mau tahu harganya naik atau turun,” ujarnya.
Dengan seperti itu, maka petani semangat mengembangkan berbagai komoditi karena pasti ada pembeli dan tidak perlu memikirkan pemasarannya. Mereka hanya menanam dan memeliharanya. “Coba kalau Indonesia seperti itu, petani pasti bersemangat,” lanjutnya.
Karena tidak ada kejelasan pasar, petani di Indonesia menjadi malas untuk mengembangkan beberapa komoditi sehingga pada saat-saat tertentu bisa mengalami kekurangan pasokan. Seperti bawang, kedelai, daging, dan beberapa komoditi lainnya yang terpaksa harus didatangkan dari luar negeri.
Hal itu juga terjadi di Kalteng. Tute menyebutkan ketersediaan lahan potensial untuk dikembangkan di Kalteng. Bahkan, pada 2010 lalu, panen kedelai di wilayah itu mengalami over produksi, namun karena tidak ada yang membelinya, menjadikan petani enggan untuk mengembangkannya dalam jumlah besar.
Untuk itu, Distanak Provinsi dan kabupaten/kota cukup sulit memprogramkan pengembangan tanaman kedelai tersebut dalam jumlah besar. Di sisi lain, kekurangan kedelai ini hanya terjadi pada saat tertentu. “Kami harapkan ada dukungan dari pihak pengusaha agar dapat merangkul para petani yang ada dengan menampung dan membeli hasil pertanian mereka,” katanya.
Tute juga mengatakan, jumlah produksi kedelai di Kalteng sekitar 2.783 ton per tahun dan produksi tersebut dinilai masih kurang, sehingga sebagian harus didatangkan dari luar daerah. Setiap tahun, pihaknya memprogramkan  pembudidayaan kedelai agar mampu memenuhi kebutuhan lokal.dkw