6
Tahun Terakhir, Jumlah Hot-spot
Cenderum Menurun
PALANGKA RAYA – Kepala Dinas
Kehutanan Provinsi Kalteng Sipet Hermanto dalam sambutan tertulisnya yang
dibacakan oleh Kepala Bidang Perlindungan Hutan Sri Suwanto, pada
Pelatian/Bimbingan Teknis Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, di Mess
Rimbawan, Selasa (4/3), mengatakan, Kalteng merupakan salah satu dari 3
Provinsi yang rawan kebakaran di Indonesia.
Sementara ke-3 provinsi tersebut
yaitu Riau, Kalbar, dan Kalteng. Saat ini di Riau dan Kalbar sudah terjadi kebakaran
dan terjadi kabut asap, sehingga kemungkinan selanjutnya terjadi kebakaran
tersebut adalah Kalteng “namun Kalteng tidak akan terjadi kebakaran hutan apabila
kita siap dan sigap,” tegasnya.
Dan saat ini berbagai upaya untuk
penanggulangan kebakaran dan bencana kabut asap tersebut sudah dilakukan, baik
melakukan koordinasi dengan para instansi terkait, membuat atau
mensosialisasikan berbagai peraturan yang ada, mempersiapkan personil,
peralatan, bahkan kesiapan angaran.
Sementara dukungan angaran untuk
penanggulangan kebakaran hutan, lahan, dan perkarangan dilingkungan Kehutanan
di Provinsi Kalteng pada 2014 yaitu sebesar Rp5,54 miliar dari APBN yang
disalurkan melalui BKSDA, Rp450 juta dari dana Dekon, dan Rp700 juta dari APBD.
Untuk menanggulangi kebakaran hutan, lahan,
dan perkarangan ini tidak hanya menjadi tugas lingkup kebutanan saja, namun
juga dari berbagai instansi terkait lainya, antaralain dari Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), ujarnya.
Dengan Berbagai upaya yang dilakukan
tersebut, maka berdasarkan data dari satelit NOAA yang biasa digunakan untuk
data Nasional, bahwa jumlah hot-spot atau
titik panas pada 6 tahun terakhir menunjukan tren yang menurun, ujarnya.
Terpisah, Kasubdit
Tenaga, Sarana dan Prasarana Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan Agus
Haryanta mengatakan, 10 Provinsi dengan jumlah hotspot terbanyak dan rawan kebakaran pada 2013 yaitu, Provini Riau sebanyak 5.163 titik hot-spot, Kalbar 3.192 titik, Kalteng 2.247, dan Sumsel 1.539.
Kemudian di susul Provinsi Jambi sebanyak 1.142
titik, Kaltim 1.113 titik, Sumatera Utara 989 titik, Aceh 645 titik, Kalsel 479
titik, dan Sumatera Barat
sebanyak 453 titk hot-spot, ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Kehutanan Provinsi
Kalteng Sipet Hermanto mengatakan, data hot-spot
selama 8 tahun terakhir yiatu, Juni-Oktober 2002 sebanyak 20.014 titik,
Juni-Desember 2003 sebanyak 9.726 titik, Agustus-Oktober 2004 sebanyak 12.196,
Juni-Oktober 2005 sebanyak 2.841 titik.
Sementara Juli-Oktober 2006 sebanyak 42.101,
April-Oktober 2007 sebanyak 4.192 titik, Januari-Oktober 2008 sebanyak 1.499
titik, Januari-Oktober 2009 sebanyak 2.988, Januari-Desember 2010 sebanyak 829
titik, Januari-November 2011 sebanyak 4.352 titik, Januari-Desember 2012
sebanyak 4.147 titik, dan Januari-Desember 2013 sebanyak 2.239 titik.
Dari data tersebut
lebih dari 50 persen secara mengelompok di luar kawasan hutan, yaitu pada areal
penggunaan lain seperti kebun, lahan pertanian, dan areal eks PLG 1 juta
hektar. Selebihnya tersebar secara sporadis di seluruh wilayah Kalteng di lahan
perkebunan, lahan masyarakat dan di dalam kawasan hutan.dkw