PALANGKA RAYA
– Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Kalteng Rawing Rambang,
mengakatan, produktivitas karet di provinsi itu cukup rendah apabila
dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Penyebabnya, lahan di
Kalteng sebagian besar bergambut dan berair, serta pola pemeliharaan
kebun dan hasilnya yang kurang optimal.
Untuk
mengatasi masalah itu, menurut Rawing, diperlukan peningkatan
pengetahuan masyarakat dan dukungan teknologi yang memadai. “Tidak hanya
produktivitas, dari segi kualitasnya karet Kalteng juga masih cukup
rendah. Sehingga berpengaruh terhadap nilai ekspor karet Indonesia yang
cukup rendah bila dibandingkan dengan beberapa negara penghasil karet,
lainnya seperti Thailand dan Malaysia,” katanya, belum lama ini.
Rawing
menambahkan, hasil produksi karet Indonesia tidak hanya kalah dari segi
produktivitas dan kualitas, juga secara teknologi. Sebab, dalam proses
pembudidayaan tanaman karet dinilai masih kurang fokus. Dukungan
anggaran dan teknologi juga masih belum optimal. “Untuk
menghadapi berbagai kendala tersebut, kita perlu kerja keras dan ke
depan kita ingin fokus pada masalah bibit. Oleh karena itu, diharapkan
agar pemerintah kabupaten/kota dapat memiliki kebun bibit,” ujarnya.
Ditekankannya,
perlu ketersediaan bibit yang berkualitas mengingat lahan perkebunan
karet di Kalteng masih luas dan potensial untuk dikembangkan. Rawing
menyatakan optimistis apabila pengelolaan kebun karet dapat dioptimalkan
dengan menggunakan bibit unggul, hasilnya akan mengalami peningkatan.
Selain
berbagai persoalan tersebut, lanjutnya, harga karet yang kerap turun
dan naik juga memengaruhi semangat petani. Tidak sedikit di antara
petani yang ada ingin mengalihfungsikan lahan karetnya menjadi kebun
kelapa sawit. Mengingat perkebunan kelapa sawit memerlukan dana yang
besar, pihaknya menyarankan agar petani tetap membudidayakan tanaman
karet.dkw