Sabtu, 14 Mei 2011

Jaga Kelestarian Anggrek Kalteng

Upaya pelestarian aggrek Kalteng

10-05-2011 00:00
Harian Umum Tabengan,  
Sebagai kawasan hutan, Kalteng sangat terkenal sumber daya alam kayu dan nonkayu. Salah satunya anggrek. Bunganya merekah berwarna-warni dan harum baunya.
Keindahan, keanekaragaman, dan keunikan jenis anggrek endemik Kalteng membuat kesan keindahan tersendiri yang sangat menawan dipandang mata, sehingga mampu memperkenalkan Kalteng ke daerah lainnya, bahkan luar negeri.
Seiring perkembangan zaman, kini keberadaan anggrek-anggrek tersebut sudah mulai berkurang. Penyebabnya mulai dari perambahan hutan, pengembangan kawasan perkebunan, pertambangan, hingga hak penguasaan hutan.
Penyebab lainnya, seringnya pengambilan tumbuhan anggrek hutan secara besar-besaran oleh masyarakat karena nilai jualnya yang tinggi.
Beberapa jenis anggrek unggulan Kalteng yang sering diburu itu antara lain, anggrek ekor tikus, anggrek hitam, dan anggrek tebu. Ketiganya memang memiliki karakter yang unik, terutama pada bunga yang indah, cerah, dan harum.
Semakin menyusutnya keberadaan anggrek-anggrek tersebut mengundang keprihatinan dari jajaran Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Angrek Indonesia (DPD PAI) Kalteng. Sebagai organisasi pecinta anggrek, DPD PAI Kalteng periode 2010-2015 di bawah pimpinan Moenartining Teras Narang dan Nani Winarni Achmad Diran berkomitmen untuk mendukung Kalteng sebagai Provinsi Hijau, dan Palangka Raya Kota Anggrek.
Sejumlah program aksi untk melestarikan anggrek khas Kalteng pun dijalankan DPD PAI Kalteng. Di antaranya, melakukan eksplorasi, perlindungan, dan pelestarian anggrek khususnya spesies Kalteng serta melakukan penguatan kapasitas masyarakat penganggrekan.
Upaya-upaya itu diharapkan mampu mengembangkan khasanah tanaman anggrek untuk tujuan ekonomi dengan tetap melestarikan keberadaannya. Hal itu dipandang perlu segera dilakukan mengingat tingginya pengrusakan lingkungan dan hutan, yang makin mengancam keberadaan anggrek Kalteng.
Ketua Pelaksana Harian PAI Kalteng Titik Sundari mengatakan, untuk mendukung Kalteng sebagai Provinsi Hijau dan Palangka Raya sebagai Kota Anggrek, seperti arahan Gubernur, maka PAI Kalteng membuka demplot koleksi anggrek.
Demplot tersebut dibuka di kawasan hutan seluas satu hektar berada di Kompleks Kantor Gubernur, persis di belakang Kantor Humas Setda Kalteng atau di seberang SMAN-3 Palangka Raya. Tujuannya, eksplorasi dan pelestarian spesies seluruh anggrek Kalteng yang mencapai sekitar 250 spesies, sekaligus tempat kunjungan wisata anggrek dan sarana pendidikan.
Sejak diresmikan Gubernur pada 4 Mei lalu, kini, sudah 50 jenis spesies tumbuh di sana. Anggrek diambil dari beberapa daerah seperti Kabupaten Kapuas, Barito Timur, Barito Selatan, Pulang Pisau, dan beberapa kabupaten lainnya.
Bibit anggrek sebagian besar diambil dari alam, tapi ada juga yang dibeli dari warga. Harganya relatif murah, Rp200 ribu-Rp300 ribu per karung, belum dikemas.
Untuk meningkatkan pembudidayaan dan melengkapi semua spesies anggrek yang ada, pada 2011 ini PAI memprioritaskan upaya konsolidasi organisasi, dan berusaha membentuk DPC PAI di 14 kabupaten/kota dengan cara bekerja sama dengan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) di Kabupaten/Kota.
Menurut Titik, tidak hanya warga Indonesia yang mengagumi anggrek Kalteng, tapi juga negara lain. Bahkan, Malaysia sudah berkoordinasi dengan PAI Kalteng untuk membeli koleksi anggrek yang ada. Namun, karena takut aset alam asli Indonesia itu diakui negara lain, koleksi anggrek itupun urung dijual.
Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang setelah peresmian Sekretariat PAI dan Demplot koleksi anggrek menyebut, banyaknya spesies anggrek di Kalteng menjadi modal besar untuk menunjang kemajuan daerah dari berbagai sisi. Karena itu, tambahnya, kekayaan sumber daya alam berupa anggrek ini perlu dilestarikan.
Gubernur berharap, lokasi budidaya bukan hanya menjadi objek wisata, tapi juga dimanfaatkan para pelajar untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terkait pengenalan berbagai jenis anggrek. debi kriswanto