Senin, 30 Mei 2011

Sembuh dan Berprestasi Bersama Olahraga

Prof Rusli Lutan
31-05-2011 00:00
Harian Umum Tabengan,  
Oleh: Debi Kriswanto
Selain memunculkan atlet-atlet dengan prestasi nasional, Kalteng juga melahirkan para pembina olahraga berkualitas. Salah satunya Prof Rusli Lutan, Guru Besar di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Rusli Lutan merupakan putra asli Dayak Kalteng. Semasa kecil,  ia dan keluara tinggal di sebuah desa kecil yaitu Pulau Telo, Kuala Kapuas, Kabupaten Kapuas.
Kala itu, desa tersebut masih dikelilingi hutan belantara yang rindang den menyejukan. Sehari-harinya, Rusli kecil hidup sederhana bersama keluarganya. Kesederhanaan itulah yang membuat mereka jauh dari fasilitas kesehatan.
Rusli kecil tidak pernah mendapatkan suntikan vaksin untuk menjaga kekebalan tubuh. Akibatnya, ia mudah terserang berbagai penyakit. Malaria dan asma adalah penyakit yang lama diidapnya.
Di kala tak terganggu sakit, Rusli merupakan anak yang aktif. Ia gemar bermain dan berolahraga tradisional. Hobinya berolahraga semakin kuat ketiaka ia menerima pelajaran pendidikan jasmani yang diajarkan oleh gurunya, terutama saat duduk di kelas empat sekolah rakyat (SR).
Kecintaannya terhadap olahraga semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Ia lantas menggeluti cabang olahraga lompat tinggi, karena terinspirasi kiprah dari atlet Amereika Serikat Biil Miller. Bill ketika itu sengaja mendemontrasikannya aksi lompat tingginya di Kuala Kapuas dalam rangka mempromosikan olahraga atletik ke seluruh Indonesia.
Dengan gemar berolahraga, ditambah mengkonsumsi ramuan herbal tradisional, kondisi fisik Rusli semakin membaik. Penyakitnya berangsur-angsur sembuh.
Rusli juga pandai mengatur waktu. Meski memiliki segudang aktivitas latihan, ia tidak melupakan tugasnya untuk belajar. Jenjang demi jenjang pendidikan pun terus ia tempuh. Pada 1998, ia sudah meraih gelar doktor dengan yudisium cum laude bidang pendidikan luar sekolah, di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung. Ia juga dikukuhkan sebagai guru Besar di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Meski perstasi Rusli saat bertanding tidak terlalu menonjol, namun, sebagai akademisi di bidang olaraga, karya, ide, dan gagasanya untuk memajukan dunia olahraga Indonesia selalu mendapatkan sambutan hangat dari para pemerhati dan pelaku olahraga.
Ia merupakan salah satu dari sarjana olahraga Indonesia yang memperkenalkan untuk pertama kalinya kosep olahraga dan pembangunan berkelanjutan, olahraga dan lingkungan hidup, serta olahraga dan ekonomu untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa.
Karena pemikiran, konsep, dan gagasanya, ia dipercaya menduduki jabatan strategis di bidang keolahragaan. Di antaranya, sebagai dekan FPOK (1994-2000), direktur pemberdayaan Iptek olahraga Direktorat Olahraga Pelajar dan Mahasiswa, Sekretaris Direktorat Direktorat Jenderal Olahraga di Mendiknas (2003-2004).
Kemampuannya memanajemen dan mengorganisir berbagai organisasi keolaharagaan membuat putra Dayak dari pedalaman Kalteng tersebut pernah melangkang buana ke berapa negara, guna belajar dan memperkenalkan olahraga. Selain itu, ia juga mengikuti berbagai pertemuan olahraga di Asia, Asean, dan juga Internasional.
BIODATA:
Nama: Prof Rusli Lutan
TTL: Pulau Telo Kapuas, 5 Juli 1945
Istri      : Hj Rokayah
Anak:
1. Lina Wiyarsih
2. Maya Sari
3. Susan
4. Fajar Eka Saputra

Prestasi:
1. Pembina olahraga terbaik Jawa Barat 2000
2. Dosen Teladan IKIP 1986
Pekerjaan dan Organisasi :
1. Guru Besar di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
2. Membina Persina Jabar, PBSI, Persib Bandung
3. Ketua Litbang KONI Jawa Barat
4. Ketua II bidang pembinaan KONI Jawa Barat
5. Sekretaris PBSI Jawa Barat
6. Presiden Himpunan Mahasiswa Asia untuk Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Sekretaris Direktorat Jendral Olahraga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.



Pengembangan Pariwisata Masih Terkendala Jalan

31-05-2011 00:00
Harian Umum Tabengan,  
PALANGKA RAYA
Potensi pariswisata di Kalteng dinilai tidak kalah dengan daerah lain. Hanya saja, jaraknya masih sulit dijangkau karena minimnya fasilitas infrastruktur dan transportasi. Ini yang menyebabkan pariwisata lambat berkembang.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng Rudiansyah Iden, Senin (30/5), mengatakan, untuk mengembangkan pariwisata perlu ada sinergitas program dengan dinas lain, seperti Dinas Perkerjaan Umum.
Misalnya, untuk peningkatan jalan yang selama ini banyak alami kerusakan, sehingga wisatawan menjadi enggan mendatangi lokasi wisata. Disbudpar, kata Rudiansyah, juga aktif melakukan rapat koordinasi setiap dua tahun sekali untuk menentukan wilayah tujuan wisata di wilayah E, yakni Kalimantan.
Rapat koordinasi itu bertujuan menentukan objek wisata unggulan di masing-masing provinsi, kemudian dikirim ke Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata untuk dijadikan tujuan pariwisata Nasional. Selain pariwisata alam, aset budaya yang ada juga dapat menarik wisatawan. Karena itu, diharapkan agar aset budaya dijaga dengan baik.
Benda-benda peninggalan yang menjadi ikon sejarah atau budaya Kalteng jangan sampai keluar dari Kalteng. Hal ini dirasa penting sebagai bentuk penghargaan masyarakat terhadap leluhur dan budaya Kalteng.
Pemprov Kalteng juga akan rutin menggelar Festival Budaya Isen Mulang 2010 (FBIM) dan dijadikan sebagai kegiatan tahunan dalam rangka mempromosikan dan mempertahankan kebudayaan dan olahraga tradisional yang merupakan aset kebudayaan Kalteng.
Di sisi lain, pemerintah dari empat provinsi di Kalimantan juga telah berkomitmen untuk mempertahankan budaya yang ada agar tetap eksis dan terus maju melalui Festival Borneo.  dkw

Kamis, 26 Mei 2011

Mura dan Kalbar Raih Juara

26-05-2011 00:00
Harian Umum Tabengan,  
PALANGKA RAYA
Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) dan Festival Borneo yang gelar 19-23 Mei 2011 dan melombakan 17 kegiatan, resmi ditutup, Selasa (24/5) malam. Kabupaten Murung Raya (Mura) berhasil menyabet juara umum FBIM, sementara Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi juara Festival Borneo.
Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang dalam sambutan tertulis yang dibacakan Wakil Gubernur Achmad Diran mengatakan, FBIM dan Festival Borneo merupakan sarana untuk mengembangkan dan melestarikan seni dan budaya, sehingga tidak terdegradasi oleh budaya asing.
Karena seni dan budaya merupakan aset yang harus diberdayakan dan dilestarikan, mengingat Kalimantan, khususnya Kalteng begitu kaya dengan kreasi seni yang dapat ditampilkan pada event nasional dan internasional. Dengan harapan agar masyarakat luas dapat mengetahui budaya Kalteng, sehingga menarik wisatawan berkunjung ke Kalteng.
Lebih lanjut Teras mengatakan, kepada kontingen, baik FBIM maupun Festival Borneo yang belum berhasil menjadi juara agar jangan berkecil hati dan terus berlatih. Sedangkan bagi yang berhasil meraih juara agar dapat mempertahankan, bahkan ditingkatkan lagi dengan mengikuti berbagai event nasional.
Bupati Mura Willy M Yoseph sangat bersyukur karena daerahnya berhasil merebut juara umum, yang sebelumnya juga pernah diraih selama tiga tahun berturut-turut.
Menurut Willy, gelar juara ini merupakan tanggung jawab pihaknya kembali untuk mempertahankan, kemudian membina atlet maupun putra-putri pariwisata Kalteng ke event-event nasional dan tingkat provinsi.
Ia juga menyatakan konsisten untuk mewujudkan pariwisata Kalteng sebagai wilayah tujuan domestik maupun dunia agar Kalteng lebih dikenal. Willy menilai seni dan budaya yang sangat khas ini merupakan kebanggaan dan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Rudiansyah Iden, Ketua Panitia FBIM 2011, dalam laporannya menyampaikan, pada malam penutupan di Lapangan Sanaman Mantikei, FBIM 2011 berjalan aman dan lancar, berkat dukungan semua pihak, baik panitia, masyarakat, maupun satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Terlebih para Pemerintah Daerah untuk menyukseskan FBIM dengan mengirimkan utusannya, meski karena sesuatu dan lain hal Kabupaten Katingan tidak bisa ikut berpartisipasi.
Jumlah peserta FBIM 2011 mencapai sekitar 1.500 orang dari beberapa daerah. Bahkan ada beberapa warga negara asing yang turut menyaksikan pelaksanaan FBIM tersebut, di antaranya dari Cina dan lainnya.
Kunjungan masyarakat terhadap pelaksanaan FBIM 2011 dinilai mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Ke depan diharapkan agar jumlah masyarakat yang berkunjung lebih banyak, mengingat akses jalan khususnya dari daerah Barito dan Murung Raya sudah terbuka dan lancar.
Juga dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat. Karena pada FBIM berlangsung, khususnya pedagang di lokasi pameran mendapat pemasukan yang lumayan, sehingga mereka berharap agar event bisa dilaksanakan selama satu bulan penuh.
 
Rudiansyah yang juga Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng, mengatakan, dari event-event yang dilaksanakan dalam FBIM ini, dari tahun-ke tahun hampir sama, walaupun ada beberapa penampilan yang diubah.
Ke depan pihaknya berharap ada tambahan event tertentu, seperti karungut untuk anak-anak. Bertujuan agar anak-anak dapat menyadari bahwa karungut tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan masyarakat lokalnya, sehingga budaya menjadi pijakan bagi masyarakat Kalteng.
Dalam Festival Borneo 2011 yang melombakan tarian pedalaman dan tarian pesisir, Kalbar berhasil memperoleh juara I, disusul Kalteng JuaraII, dan Kalsel juara III.
Lebih jauh dikatakan Rudiansyah, Festival Borneo merupakan agenda dua tahunan yang dilaksanakan bersamaan dengan rapat kosultasi tujuan wisata wilayah E (Kalimantan). Karena itu, ke depan diharapkan yang dilombakan tidak hanya tarian, namun juga olahraga tradisional yang ada kesamaan di empat provinsi di Kalimantan.
Rapat konsultasi tujuan wisata wilayah E ini menghasilkan beberapa tempat wisata yang akan diusulkan ke Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata agar dapat dimasukkan dalam tujuan wisata Nasional.
Tujuan wisata tersebut di antaranya Kaltim, Kepulauan Berawan, Kalsel, Loksado dan Pasar Terapung, Kalteng, Taman Nasional Tanjung Puting, Taman Nasional Sebagau, dan Wisata Alam Tangkiling, sementara Kalbar, Taman Nasional Danau Sentarum dan Sungai Kapuas di tengah Kota Pontianak.
Untuk melestarikan kebudayaan Kalimantan dan meningkatkan kunjungan wisata, ke depan akan dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antar-Gubernur se-Kalimantan untuk melakukan revitalisasi objek wisata. Bertujuan untuk menanamkan kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan dan olahraga tradisional agar tidak terkikis oleh era globalisasi. dkw

Sabtu, 14 Mei 2011

Jaga Kelestarian Anggrek Kalteng

Upaya pelestarian aggrek Kalteng

10-05-2011 00:00
Harian Umum Tabengan,  
Sebagai kawasan hutan, Kalteng sangat terkenal sumber daya alam kayu dan nonkayu. Salah satunya anggrek. Bunganya merekah berwarna-warni dan harum baunya.
Keindahan, keanekaragaman, dan keunikan jenis anggrek endemik Kalteng membuat kesan keindahan tersendiri yang sangat menawan dipandang mata, sehingga mampu memperkenalkan Kalteng ke daerah lainnya, bahkan luar negeri.
Seiring perkembangan zaman, kini keberadaan anggrek-anggrek tersebut sudah mulai berkurang. Penyebabnya mulai dari perambahan hutan, pengembangan kawasan perkebunan, pertambangan, hingga hak penguasaan hutan.
Penyebab lainnya, seringnya pengambilan tumbuhan anggrek hutan secara besar-besaran oleh masyarakat karena nilai jualnya yang tinggi.
Beberapa jenis anggrek unggulan Kalteng yang sering diburu itu antara lain, anggrek ekor tikus, anggrek hitam, dan anggrek tebu. Ketiganya memang memiliki karakter yang unik, terutama pada bunga yang indah, cerah, dan harum.
Semakin menyusutnya keberadaan anggrek-anggrek tersebut mengundang keprihatinan dari jajaran Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Angrek Indonesia (DPD PAI) Kalteng. Sebagai organisasi pecinta anggrek, DPD PAI Kalteng periode 2010-2015 di bawah pimpinan Moenartining Teras Narang dan Nani Winarni Achmad Diran berkomitmen untuk mendukung Kalteng sebagai Provinsi Hijau, dan Palangka Raya Kota Anggrek.
Sejumlah program aksi untk melestarikan anggrek khas Kalteng pun dijalankan DPD PAI Kalteng. Di antaranya, melakukan eksplorasi, perlindungan, dan pelestarian anggrek khususnya spesies Kalteng serta melakukan penguatan kapasitas masyarakat penganggrekan.
Upaya-upaya itu diharapkan mampu mengembangkan khasanah tanaman anggrek untuk tujuan ekonomi dengan tetap melestarikan keberadaannya. Hal itu dipandang perlu segera dilakukan mengingat tingginya pengrusakan lingkungan dan hutan, yang makin mengancam keberadaan anggrek Kalteng.
Ketua Pelaksana Harian PAI Kalteng Titik Sundari mengatakan, untuk mendukung Kalteng sebagai Provinsi Hijau dan Palangka Raya sebagai Kota Anggrek, seperti arahan Gubernur, maka PAI Kalteng membuka demplot koleksi anggrek.
Demplot tersebut dibuka di kawasan hutan seluas satu hektar berada di Kompleks Kantor Gubernur, persis di belakang Kantor Humas Setda Kalteng atau di seberang SMAN-3 Palangka Raya. Tujuannya, eksplorasi dan pelestarian spesies seluruh anggrek Kalteng yang mencapai sekitar 250 spesies, sekaligus tempat kunjungan wisata anggrek dan sarana pendidikan.
Sejak diresmikan Gubernur pada 4 Mei lalu, kini, sudah 50 jenis spesies tumbuh di sana. Anggrek diambil dari beberapa daerah seperti Kabupaten Kapuas, Barito Timur, Barito Selatan, Pulang Pisau, dan beberapa kabupaten lainnya.
Bibit anggrek sebagian besar diambil dari alam, tapi ada juga yang dibeli dari warga. Harganya relatif murah, Rp200 ribu-Rp300 ribu per karung, belum dikemas.
Untuk meningkatkan pembudidayaan dan melengkapi semua spesies anggrek yang ada, pada 2011 ini PAI memprioritaskan upaya konsolidasi organisasi, dan berusaha membentuk DPC PAI di 14 kabupaten/kota dengan cara bekerja sama dengan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) di Kabupaten/Kota.
Menurut Titik, tidak hanya warga Indonesia yang mengagumi anggrek Kalteng, tapi juga negara lain. Bahkan, Malaysia sudah berkoordinasi dengan PAI Kalteng untuk membeli koleksi anggrek yang ada. Namun, karena takut aset alam asli Indonesia itu diakui negara lain, koleksi anggrek itupun urung dijual.
Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang setelah peresmian Sekretariat PAI dan Demplot koleksi anggrek menyebut, banyaknya spesies anggrek di Kalteng menjadi modal besar untuk menunjang kemajuan daerah dari berbagai sisi. Karena itu, tambahnya, kekayaan sumber daya alam berupa anggrek ini perlu dilestarikan.
Gubernur berharap, lokasi budidaya bukan hanya menjadi objek wisata, tapi juga dimanfaatkan para pelajar untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terkait pengenalan berbagai jenis anggrek. debi kriswanto